Dalam ceramah tarawih Ramadhan Public Lecture (RPL) pada Senin (3/4) di Masjid Kampus UGM, Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) Dr. Tiar Anwar Bachtiar memaparkan mengenai sekelompok kecil orang yang menjadi inti dari sebuah peradaban. Kelompok ini biasa disebut creative minority (minoritas kreatif). “Yang menjadikan bangun dan berdirinya sebuah peradaban, tidak ditentukan dari banyak tidaknya orang yang menjadi partisipan, tetapi dari kekonsistensian sebuah kelompok kecil atau creative minority,” sebutnya.
Keberadaan partai politik sebagai instrumen demokrasi di Indonesia sangatlah krusial sekaligus problematik. Dua sisi partai politik inilah yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI Prof. Dr. Mahfud MD, S.H., S.U., M.I.P. ketika menjadi pembicara Ramadan Public Lecture (RPL) pada Minggu (2/4) di Masjid Kampus UGM.
Dalam ceramah tarawih Ramadan Public Lecture pada Sabtu (01/04) di Masjid Kampus UGM, Menteri Kesehatan RI Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU. membedah seberapa penting farmasi dalam negeri. “Perang yang paling berat bukanlah perang melawan bencana alam, bukan perang manusia melawan manusia, melainkan memerangi penyakit,” katanya.
Alquran adalah kitab penyempurna. Seluruh semesta dan isinya telah disebutkan di dalamnya. Hal ini dijelaskan oleh penulis buku Nalar Ayat-ayat Semesta Prof. Drs. Agus Purwanto, M.Si, M.Sc, D.Sc. pada hari Sabtu, (1/4) di Masjid Kampus UGM dalam kegiatan Mimbar Subuh bertema “Alquran dan Alam Semesta”.
Sejak dahulu, peradaban selalu muncul di suatu wilayah dan pasti menyisakan peninggalan. Peradaban sendiri erat kaitannya dengan kebudayaan dan kemajuan pembangunan atau industri. Demikian disampaikan oleh Dr. H. Muhammad Jusuf Kalla, Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan ke-12 dalam ceramah Ramadan Public Lecture bertajuk “Islam dan Harmonisasi Peradaban Dunia” di Masjid Kampus UGM, Jumat (31/3).
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. menjadi pembicara Mimbar Subuh Ramadan Public Lecture 1444 H di Masjid Kampus UGM, Jumat (31/3) bakda salat Subuh. Pada kesempatan kali ini, beliau menyampaikan ceramah dengan tema “Healing With Ramadhan: Seni Pengelolaan Diri.”
Salah satu pondasi penting dalam sebuah kepemimpinan adalah sifat cerdas, atau fatanah. Maka dari itu setiap pemimpin diharapkan memiliki sifat ini. Melalui Ramadan Public Lecture (RPL) 1444 H hari kesembilan pada Kamis (30/3) di Masjid Kampus UGM, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A. menjelaskannya dalam balutan tema “Konsep Kepemimpinan yang Fatanah”.
Universitas adalah tempat para mahasiswa mengembangkan kemampuan-kemampuannya, baik yang telah dimiliki maupun yang baru. Selain itu, universritas juga memiliki peran sebagai wadah untuk melatih para mahasiswanya berpikir kritis dan melihat aspek dari berbagai sudut pandang, sehingga universitas mampu melahirkan generasi-generasi unggulan. Hal ini disampaikan rektor Universitas Gadjah Mada Prof. dr. Ova Emilia, M.Med., Ed., Sp.OG(K)., Ph.D dalam Diskusi Panel Ramadan Public Lecture 1444 H “Universitas Sebagai Basis Moral Penyelenggaraan Pemilu yang Bermartabat” di Ruang Utama Masjid Kampus UGM, Rabu (29/3).
Dari berbagai macam dimensi yang dapat dipelajari dari gaya hidup Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, manajemen keuangan merupakan salah satu yang belum banyak dibahas. Topik inilah yang diangkat di dalam Mimbar Subuh Ramadan Public Lecture 1444 H Masjid Kampus UGM yang diselenggarakan pada Rabu (29/3). Pada kesempatan ini, Ketua Dewan Masjid Indonesia D.I. Yogyakarta, Prof. Dr. Muhammad menyampaikan ceramah bertema “Manajemen Keuangan Ala Rasulullah: Strategi Mewujudkan Kemandirian Finansial”. Ia menyebutkan bahwa kita hendaknya mengelola keuangan sebagaimana Nabi Muhammad mengelola hartanya.
Kegiatan Ramadan Public Lecture 1444 H masih berlanjut dengan mengundang Prof. Dr. Arif Satria, S.P., M.Si sebagai pengisi ceramah tarawih pada Selasa (28/3). Di Ruang Utama Masjid Kampus UGM, rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut memberikan ceramah yang berjudul “Iman dan Pembangunan: Menggugat Dominasi Sekularisme atas Pembangunan”.