Pada kajian Sakinah Academy seri kesehatan keluarga yang diselenggarakan pada senin sore (1/12), menghadirkan dr. Windarwati sebagai pemateri utama. Beliau mengajak para peserta melihat lebih dekat penyakit-penyakit yang sering muncul di lingkungan keluarga, terutama penyakit tidak menular yang jumlah kasusnya terus meningkat dari tahun ke tahun.
Mengawali pemaparannya, dr. Windarwati menampilkan data dari Survei Kesehatan Indonesia dan laporan Kementerian Kesehatan 2023. Data tersebut menunjukkan bahwa penyakit tidak menular kini menyerang berbagai kelompok usia mulai dari balita, anak-anak, remaja, hingga lansia.
“Salah satu yang paling banyak ditemui adalah Diabetes Melitus,” ujarnya. Beliau menyebutkan bahwa diabetes sering menjadi pemicu munculnya berbagai penyakit lain, sehingga penting untuk dipahami dengan baik.
Angka penderita diabetes pun terus bertambah dan bahkan diprediksi mencapai 21,3 juta kasus pada tahun 2030. Beliau menjelaskan diabetes adalah kondisi ketika kadar glukosa darah meningkat di atas batas normal dalam jangka waktu panjang.
Gejala dan Diagnosis
Dalam kajian ini, dr. Windarwati menjelaskan tanda-tanda umum diabetes, seperti sering haus dan lapar, sering buang air kecil, berat badan turun tanpa sebab, serta luka yang lama sembuh. Beliau juga memaparkan jenis-jenis diabetes mulai dari tipe 1, tipe 2, gestasional, hingga tipe spesifik berkaitan dengan penyebab tertentu. Untuk memastikan diagnosis, peserta diingatkan bahwa pemeriksaan di laboratorium tetap menjadi patokan utama.
Baca juga: Dekan Fakultas Farmasi UGM: Ini Lima Karakter Utama yang Wajib Dimiliki Seorang Muslim
Komplikasi yang Harus Diwaspadai
Selain gejala, dr. Windarwati juga menyinggung komplikasi yang bisa muncul jika diabetes tidak dikelola dengan baik di antaranya hipertensi, stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, kesemutan, dan gangguan pada mata maupun kaki.
Lebih dalam, beliau menjelaskan empat lapisan pencegahan penyakit:
- Pencegahan primordial (mencegah munculnya faktor risiko)
- Pencegahan primer (menjaga kesehatan sebelum penyakit timbul)
- Pencegahan sekunder (deteksi dini dan pengendalian awal)
- Pencegahan tersier (mengurangi dampak komplikasi)
Menurut beliau, keluarga memegang peranan penting dalam proses pencegahan. Tidak hanya mendorong pasien untuk patuh pada anjuran dokter, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung pola hidup sehat.
Beliau sempat menyinggung contoh kebiasaan sehat dari orang tuanya yang terbiasa mandi malam sebelum melaksanakan shalat malam, sebuah bentuk kedisiplinan hidup yang menurutnya turut menjaga kebugaran.
Tujuh Langkah Pengendalian Diabetes
Untuk memudahkan peserta mengingat, dr. Windarwati merangkum pengendalian diabetes dalam tujuh langkah:
- Aktif dalam proses pengobatan
- menerapkan pola makan sehat
- Rutin berolahraga
- Minum obat sesuai anjuran
- mengecek kadar gula darah secara berkala
- Menjaga kesehatan kaki
- Memeriksakan mata secara rutin
Beliau juga menyadari bahwa banyak pasien sekarang sudah semakin kritis dan cepat mencari informasi setelah mendapat diagnosis, sehingga proses pengendalian sering kali berjalan lebih baik.
Hipotiroid Kongential
Menjelang akhir kajian, dr. Windarwati mengalihkan pembahasan pada hipotiroid kongenital, penyakit yang cukup banyak dialami oleh keluarga masa kini dan ditemukan pada bayi baru lahir. Gejala-gejalanya meliputi bayi mudah tersedak, perut tampak buncit, ubun-ubun lebar, dan bayi terlihat kurang aktif.
Biasanya gejalanya tidak khas sehingga, kondisi ini sering luput dari perhatian. Maka dari itu, beliau menekankan pentingnya skrining pada usia 24–72 jam setelah bayi lahir. Proses skrining dilakukan dengan mengambil sampel darah dari tumit bayi.
Jika hasil skrining menunjukkan nilai lebih dari 20 uU/mL, bayi perlu menjalani tes konfirmasi. Apabila hasilnya positif, dokter anak akan memulai terapi yang dapat berlangsung hingga tiga tahun atau bahkan seumur hidup, tergantung kondisi masing-masing pasien.