Pada Mimbar Subuh yang diselenggarakan di Masjid Kampus UGM, Jumat (29/3), Ustaz Ridwan Hamidi, Lc. membahas mengenai cara merajut ukhuwah sesama muslim dengan berbagai perbedaan suku, adat istiadat, bahasa dan berbagai keragaman lainnya di Indonesia. Menurutnya, keragaman tersebut diciptakan Allah ta’ala agar manusia saling bertaaruf (mengenal) satu sama lain untuk menjalin ukhuwah. Lebih lanjut, ia menyebut salah satu cara Allah memuliakan orang-orang yang merajut ukhuwah ialah lewat hadis Rasulullah bahwa dengan ikatan ukhuwah yang berlandaskan iman, mereka akan berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya.
Guru Besar Fakultas Filsafat UGM, Prof. Drs. Mukhtasar Syamsuddin, M.Hum., Ph.D. of Arts menyampaikan ceramah Tarawih Ramadan Public Lecture 1445 di Masjid Kampus UGM, Kamis (28/03). Dalam ceramahnya, ia berbicara mengenai iman dan pikiran yang tidak bersifat dikotomis dan cara suatu interpretasi digunakan dalam mendekati dan memahami ayat Allah secara historis dan empiris.
Ia mengatakan bahwa iman dan pikiran, kepercayaan dan pikiran, serta intelektualitas dalam Islam bukan hal dikotomis. Kualitas iman seseorang akan semakin kuat, melangkah ke tingkat yang lebih tinggi jika ia mendayagunakan akalnya dalam mendalami ayat-ayat Allah. Kepercayaan dan akal, serta hati nurani dan akal juga tidak terpisah secara dikotomis, keduanya saling menyatu dalam rangka menegakkan keimanan.
Dalam Mimbar Subuh Ramadan Public Lecture 1445 H di Masjid Kampus UGM, Ketua Yayasan Bentala Tamaddun Nusantara, Anton Ismunanto, S.P.d.I., M.Pd. mengawali ceramahnya dengan membongkar definisi terkait tasawuf dan sains. Anton menyebutkan bahwa kesulitan terbesar dalam berbicara mengenai tasawuf dan sains adalah membongkar pandangan awal mengenai keduanya sebagai sebuah rumpun pengetahuan.
“Jika kedua rumpun tersebut tidak dibongkar terlebih dahulu, bisa jadi bukan hanya tidak bertemu, tetapi justru diandaikan bertentangan dan berbenturan.” ujar Anton dalam ceramah pada Kamis (28/03) yang mengangkat tajuk “Peran Tasawuf dalam Perkembangan Sains dan Teknologi” itu.
Pembina Pesantren Darush Shalihat, Dr. Syatori Abdurrauf, Lc. mengatakan penguatan hati berarti menjadikan hati seseorang sebagai hati yang kuat. Seperti disampaikannya dalam Mimbar Subuh di Masjid Kampus UGM, Rabu (27/3), hati yang kuat adalah hati yang melihat, menyimpulkan, menerima, dan merasakan, apa pun yang ada dan terjadi dalam hidup ini sebagai rahmat Allah. Rahmat Allah yang dimaksud merupakan kasih sayang Allah yang menjadikan apa pun menjadi kebaikan.
Sekretaris Pusat Kajian Antikorupsi (PUKAT) UGM, Hasrul Halili, S.H., M.A menyampaikan ceramah tarawih Ramadan Public Lecture 1445 H, Selasa (26/3) di Masjid Kampus UGM. Ceramahnya yang bertajuk “Meneropong Kerja Pemberantasan Korupsi di Dekade Ketiga KPK” tersebut diawali dengan pembahasan mengenai masjid, yang dulunya merupakan tempat sentral bagi segala kepentingan umat muslim kemudian dimanfaatkan oleh kaum munafik untuk melawan dakwah Rasulullah. Hasrul melanjutkan materi ceramahnya mengenai konsep keadilan dalam Islam dan cara keadilan tersebut ditegakkan.
Da’i nasional, Dr. Das’ad Latif, S.Sos., S.Ag., M.Si., Ph.D. mengingatkan pentingnya mewujudkan nilai-nilai Islam yang benar. Hal ini beliau sampaikan dalam ceramah tarawih Ramadhan Public Lecture di Masjid Kampus UGM, Senin (25/3).
Pria yang juga disebut Ustaz Das’ad ini membahas persimpangan antara iman dan intelektualisme dalam masyarakat Muslim kontemporer. Ia menekankan pentingnya mewujudkan nilai-nilai Islam yang benar dan memperingatkan agar tidak mengikuti godaan setan, yang dilambangkan dengan gangguan seperti ponsel.
Sekretaris Majelis Tablig PP Muhamadiyah, Dr. H. Okrisal Eka Putra, Lc, M.Ag menyampaikan ceramah subuh Ramadan Public Lecture 1445 H, Senin (25/3) di Masjid Kampus UGM. Ia menjelaskan perbandingan umat Nabi Muhammad dibandingkan umat-umat terdahulu, dalam ceramah bertema “Tantangan Umat Akhir Zaman Dalam Menjalani Kewajiban Sebagai Seorang Muslim”.
Okrisal menyampaikan, salah satu perbedaan umat Nabi Muhammad dengan umat terdahulu adalah usia umat Nabi Muhammad yang sangat pendek (60 tahun) dibandingkan orang-orang terdahulu yang bisa berumur 400 tahun, yang mempengaruhi banyaknya dosa yang didapat. Selain itu, umat Nabi Muhammad memiliki postur badan yang kecil dibandingkan umat terdahulu, yang tingginya hingga 6 meter.
Rektor Universitas Darussalam Gontor, Prof. Dr. K.H. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.Phil., menyatakan bahwa hegemoni pandangan hidup sekuler telah terjadi di dunia Islam. Dalam ceramah tarawih Ramadan Public Lecture 1445 H di Masjid Kampus UGM, Ahad (24/3), Prof. Hamid menyebut, hal tersebut berdasarkan pandangan tokoh Islam Malaysia, Syed Naquib Al-Attas.
Prof. Hamid menjelaskan bahwa pada abad ke-12, Islam masuk di Nusantara dengan menawarkan pengetahuan yang sifatnya fikih, seperti cara menyucikan diri. Masyarakat kemudian berkembang, dan mempertanyakan perihal hukum dalam kehidupan sehari-hari seperti hukum menikah, berjualan, dan lainnya – yang hal tersebut masih dalam konsep fikih.
Moderator : Dr. Eng. Deendarlianto, S.T., M.Eng
Narasumber :
- Dr. Ir. Dadan Kusdiana, M.Sc. (Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI)
- Prof. Ir. Tumiran, M.Eng., Ph.D.
Pembina Yufid TV, Ustadz Ammi Nur Baits, S.T., B.A. mengatakan bahwa ada beberapa konsep yang diajarkan dalam Alquran berkaitan dengan masalah menjaga hubungan antarlawan jenis. Ini disampaikannya dalam ceramah Mimbar Subuh dengan tema “Mencegah Ikhtilat sebagai Upaya Mengatasi Problematika Moral Masyarakat” yang diselenggarakan di Masjid Kampus UGM (21/3).