Imam Besar Masjid Kampus UGM, Dr. Muhammad Nur, M.Ag menekankan perlunya memperluas kampus di luar ruang fisik untuk mengakomodasi tiga potensi dasar manusia: inderawi, rasional, dan hati nurani untuk mendukung terciptanya lingkungan kampus madani. Hal ini disampaikan beliau dalam ceramah tarawihnya Masjid Kampus UGM Public Lecture (MPL) Selasa (12/03) di Masjid Kampus UGM dengan tema “Mewujudkan Kampus Madani Melalui Internalisasi Nilai-Nilai Al-Qur’an”. Wacana ini menyoroti tantangan sosial yang dihadapi oleh kampus-kampus saat ini, termasuk kurangnya ruang untuk berdebat dan sikap apatis mahasiswa terhadap ajaran akademis pasca pemilu.
Direktur Utama PT Lintas Global Wisata, Dr. Hepi Andi Bastono, M.A., M.Pd.I., dalam ceramah subuh yang diselenggarakan di Masjid Kampus UGM, Selasa (12/03), menyoroti peran kewirausahaan sebagai pendorong utama kemajuan sebuah bangsa. Menurutnya, kunci untuk mencapai kemajuan peradaban adalah dengan memiliki antara empat hingga tujuh persen dari populasi sebagai pengusaha.
Ketua Takmir Masjid Kampus UGM, Dr. Rizal Mustansyir, M.Hum menyampaikan ceramah tarawih Ramadhan Public Lecture di Masjid Kampus UGM, Selasa (11/3). Dalam ceramahnya yang bertajuk “Pembangunan Islam Pasca-Positivisme”, Dr. Rizal yang juga merupakan Dosen Fakultas Filsafat UGM ini menjelaskan bahwa positivisme lahir dalam pergulatan antara agama dan ilmu pengetahuan saat itu.
Dai asal Yogyakarta, Ustaz Salim A. Fillah berbicara tentang buku sastra sejarah Jawa legendaris, Babad Tanah Jawi, pada ceramah tarawih Ramadan Public Lecture 1445 H di Masjid Kampus UGM, Ahad (10/03). Ustaz Salim mencatat, aspek yang paling menarik dari sejarah penulisan Babad Tanah Jawi adalah penyebutan babad untuk suatu penulisan oleh orang Jawa pasca tradisi Islam. Orang Jawa pada masa itu menggunakan diksi babad untuk menggambarkan berdirinya suatu peradaban baru yakni peradaban Islam.
Ekonom senior Faisal Basri, S.E., M.A. dan aktivis Farid Gaban menjadi pemateri pada Masjid Kampus UGM Public Lecture (MPL) edisi November 2023. MPL kali ini bertajuk “Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup: Dilema Indonesia Menuju Negara Maju” ini diikuti ratusan partisipan selama sekitar dua setengah jam.
Faisal Basri mengawali pemaparan dengan mengutip ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan, seperti Al-Baqarah ayat 11-12, Ar-Ruum: 41, dan Al-A’raf: 56. Dengan mengutip ayat-ayat tersebut, Faisal ingin menunjukkan bahwa manusia adalah penyumbang kerusakan Bumi yang paling jelas.
“Dan yang berbuat kerusakan di muka Bumi ini, ya, siapa lagi kalau bukan manusia? Jadi jelas, kok, bahwa karena ulah manusia lah keseimbangan (kehidupan Bumi) itu rusak,” katanya.
Faisal juga menyebut bahwa dampak kerusakan tersebut sudah mulai kita rasakan belakangan ini. Keputusan pemerintah untuk menjadikan pembangunan ekonomi sebagai panglima, dinilainya, justru membuat kondisi lingkungan di Indonesia semakin memburuk. Dia juga memaparkan data-data yang menunjukkan komitmen Indonesia akan kelestarian lingkungan yang masih belum sesuai harapan.
Oleh karena itu, dia menyebut perlunya paradigma baru dalam pembangunan ekonomi yang tidak menggadaikan lingkungan. Faisal mengutip gagasan seorang profesor ekonomi asal Inggris, Mariana Mazzucato mengenai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Dari gagasan yang disampaikan, dia mengatakan bahwa negara sebenarnya memiliki lebih dari cukup instrumen untuk menjaga alam,
“Negara sebenarnya punya lebih dari cukup instrumen, perangkat untuk menjaga alam ini, yang merupakan sumber kehidupan manusia,” lanjutnya.
Faisal juga menjelaskan tentang ekonomi hijau yang berkelanjutan, di mana keuntungan, keberlanjutan, dan kemakmuran manusia bisa saling bersinergi. Dia juga menunjukkan tren yang sedang berkembang di seluruh dunia, bahwa negara-negara maju yang memiliki kebijakan ramah lingkungan justru mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Dari data tersebut, Faisal meyakini bahwa kelestarian alam dengan pembangunan ekonomi bisa “seiring sejalan” untuk mewujudkan kesejahteraan dan menjadi negara maju.
Ekonomi, Lingkungan, dan Indonesia Emas 2045
Sementara itu, Farid Gaban mengawali bahasan dengan mimpi “Indonesia Emas 2045” yang marak disebut-sebut oleh pemerintah. Namun, ia menyebut motivasi di balik optimisme pada impian tersebut, yakni produk domestik bruto (PDB) yang semakin meningkat, bukanlah jaminan impian itu akan tercapai. Ia menyebut adanya ketimpangan dan kualitas manusia rendah yang dialami Indonesia dan berpotensi menghambat impian tersebut.
Farid juga menyoroti pembangunan yang dilakukan pemerintah saat ini, yang menurutnya cenderung semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi berbasis investasi dan utang. Dia menilai praktik pembangunan yang dilakukan oleh dua presiden terakhir, yakni SBY dan Joko Widodo, menyebabkan berbagai dampak negatif. Beberapa di antaranya ialah konflik agraria, kerusakan alam, hingga kerusakan hukum dan demokrasi.
Dari dampak-dampak tersebut, Farid menilai perlunya untuk melakukan perubahan paradigma tentang negara yang maju. Menurutnya, salah satu ukuran kemajuan bukan hanya hal-hal ekonomis, namun juga kebahagiaan. Melihat negara-negara Skandinavia, dia melihat beberapa faktor yang menentukan kebahagiaan masyarakat, seperti kelestarian alam serta pemerintahan yang baik.
“Menurut saya ini yang perlu kita ubah. Kita harus merenungkan kembali dan merumuskan kembali tentang tujuan Pembangunan, kemudian meredefinisi sebenarnya apa yang disebut maju itu?” katanya.
Senada dengan Faisal, Farid sepakat bahwa tidak ada dilema antara kelestarian alam dengan pembangunan ekonomi selama tidak terlalu berobsesi pada pertumbuhan ekonomi. Dia menyorot keragaman hayati Indonesia yang bisa dimanfaatkan secara ekonomi tanpa merusak alam. Farid melihat pentingnya ekonomi berbasis ilmu pengetahuan (knowledge-based economy) dan “ekonomi biru” yang ramah Bumi untuk menumbuhkan ekonomi tanpa harus berutang dan bergantung pada negara asing.
“Kita harus membongkar mitos ya. Bisakah kita membangun ekonomi tanpa merusak alam, seolah-olah ada dilema. (Padahal) menurut saya tidak ada dilema, bila kita mengubah orientasi,” katanya. (Rama SP)
Saksikan videonya berikut ini:
Pada Sabtu (14/10), Taufiq Ismail membacakan puisi berjudul “Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu?” pada kegiatan Tabligh Akbar Maulid Pop UGM 1445 H. Berikut isi puisi yang dibacakan Taufiq Ismail
Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu
Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan bulldozer
dengan suara gemuruh menderu, serasa pasir
dan batu bata dinding kamar tidurku bertebaran di pekaranganku, meneteskan peluh merah dan mengepulkan debu yang berdarah.
Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat-lipat sebesar saputangan lalu di Tel Aviv dimasukkan dalam file lemari kantor agraria, serasa kebun kelapa dan pohon manggaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas mereka.
Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai kelakuan reptilia bawah tanah dan sepatu-sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening kita semua, serasa runtuh lantai papan surau tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam, di bawahnya ada kolam ikan yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini ditetesi air mataku.
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka, menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya, siapakah yang tak menjerit serasa anak-anak kami
Indonesia jua yang dizalimi mereka tapi saksikan tulang muda mereka yang patah akan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya, pembelit leher lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka, An Naar.Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami semua berdegup dua kali lebih gencar lalu ter-sayat oleh sembilu bambu deritamu, darah kami pun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi
Allahu Akbar! dan
Bebaskan Palestina!
Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta, menebarkannya ke media cetak dan elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara, membangkangit resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia, membantai di Shabra dan Shatila, mengintai Yasser Arafat dan semua pejuang negeri anda, aku pun berseru pada khatib dan imam shalat Jum’at sedunia: doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang menapak jalanNya, yang ditembaki dan kini dalam penjara, lalu dengan kukuh kita bacalah
‘laquwwatta illa bi-Llah!’
Palestina, bagaimana bisa kami melupakanmu
Tanahku jauh, bila diukur kilometer, beribu-ribu
Tapi azan Masjidil Aqsha yang merdu
Serasa terdengar di telingaku.
Puisi tersebut ditulis oleh Taufiq Ismail 30 tahun yang lalu. Itu artinya, sudah bertahun-tahun pula rakyat Palestina merasakan penderitaan. Konflik yang tidak berkesudahan ini telah mengakibatkan korban jiwa, kerusakan infrastruktur, serta keterbatasan akses ke sumber daya dasar seperti air, makanan, dan layanan kesehatan. Semoga Allah kuatkan saudara-saudara kita di Palestina.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir”
(QS. Al-Baqarah (2) : 250)
Sumber: https://js.ugm.ac.id/2023/10/taufiq-ismail-bacakan-puisi-untuk-palestina-di-masjid-kampus-ugm/
Dr. (H.C). K.H. Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama RI 2014-2019) dan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. menampikan kemesraannya di panggung Tabligh Akbar dalam rangka malam puncak Maulid Pop UGM 1445 H, Sabtu (14/10). Acara tersebut mengambil tema “Nabi Muhammad SAW sebagi Pribadi yang Paripurna”.
Kemesraan itu ditunjukkan dengan saling melempar candaan dan menghasilkan tawa gemuruh dari para hadirin yang mayoritas didominasi oleh sivitas akademika Universitas Gadjah Mada. Bahkan, Prof. Abdul Mu’ti bercerita bahwa dulu beliau adalah Ketua Jamiyah Maulidiyah.
“Sepertinya panitia sengaja mengundang saya untuk menegaskan kalau Muhammadiyah tidak anti terhadap Maulid. Buktinya Sekumnya hadir dan jadi pembicara lagi. Tapi gak salah sih, dulu saya juga pernah menjadi Ketua Jamiyah Maulidiyah,” kata Prof. Abdul Mu’ti disambut tawa gemuruh para hadirin.
“Saya pikir malam ini bakal ada pembacaan berjanjen atau kitab maulid yang lain, soalnya saya hafal,” tambahnya sembari mencontohkan beberapa bait bacaan kitab maulid Al Barzanji.
Dalam kegiatan tersebut, baik K.H. Lukman Hakim Saifuddin dan Prof. Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa Maulid Nabi Muhammad sangat penting diselenggarakan di Indonesia untuk menambah kecintaan kita terhadap beliau. Kyai Lukman menekankan pesan rasul ketika khutbah pada haji wada’ yang isinya ternyata lebih umum mengenai memanusiakan manusia, menegakkan keadilan, dan menghargai perbedaan”
“Ternyata, pesan Nabi waktu itu supaya kita cukup menyikapi dengan tasamuh akan perbedaan dan keragaman di wilayah furuiyah, yang partikular dan cabang tersebut”, jelasnya.
Selain Kyai Lukman dan Prof. Mu’ti, kegiatan ini juga dimeriahkan oleh pembacaan puisi Taufiq Ismail, Rizki Gatra, Fakhri Violin, serta hiburan oleh Manunggaling Rebana UGM dan SAKA UGM. (Jama’ah Shalahuddin)
Sumber: https://js.ugm.ac.id/2023/10/kemesraan-tokoh-nu-dan-muhammadiyah-di-panggung-tabligh-akbar-maulid-pop-ugm-1445-h/
Jama’ah Shalahuddin bersama dengan Takmir Masjid Kampus UGM kembali menyelenggarakan kegiatan Maulid Pop UGM 1445 H/2023 pada Sabtu (14/10) di Masjid Kampus UGM. Kegiatan ini kembali dilaksanakan setelah lima dekade yang lalu pertama kali dilaksanakan. Diketahui bahwasanya Maulid Pop merupakan salah satu kegiatan yang menjadi tonggak awal berdirinya Jama’ah Shalahuddin. Pada 1974, Dewan Mahasiswa UGM menginisiasi kegiatan Maulid Pop untuk pertama kalinya. Kegiatan ini berupaya menampilkan Islam dalam perspektif budaya ilmiah kampus. Bertempat di Gelanggang Mahasiswa, Maulid Pop UGM 1974 menghadirkan tokoh-tokoh budaya (YB Mangunwijaya, Amri Yahya, Syu’bah Asa, Taufiq Ismail, Ir. Syahirul Alim) dan pameran lukisan (Ahmad Sadali, AD Pirous, dan Amri Yahya).
Tahun ini, Maulid Pop dilaksanakan satu hari dengan rangkaian acara sebagai berikut.
- Bazar Buku “Gema Bestari”: Menampilkan penerbit-penerbit nasional dan buku-buku yang berkualitas.
- Rembug Literasi: Menghadirkan penulis terkenal seperti Irfan Afifi, Haidar Musyafa, dan Dr. Arqom Kuswanjono untuk berbicara tentang pengalaman mereka yang relevan dengan budaya dan literasi.
- Hijra Talk: Kegiatan yang menghadirkan Dai Nasional, Ust. Derry Sulaiman, yang memberikan wawasan tentang Islam dan perkembangannya dalam konteks zaman sekarang.
- Tabligh Akbar: Kegiatan puncak yang melibatkan tokoh-tokoh seperti Dr. (H.C). K.H. Lukman Hakim Saifuddin, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed, dan Taufiq Ismail. Acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan Manunggaling Rebana UGM, SAKA UGM, Fakhri Violin, dan Rizki Gatra.
Maulid Pop UGM 1445 H menjadi contoh bahwasanya agama, budaya, serta elemen-elemen intelektual dapat diintegrasikan. Harapannya, acara ini juga dapat menjadi tempat berkumpulnya berbagai tokoh terkenal, penulis, dan pemikir yang memberikan wawasan yang berharga kepada seluruh jemaah yang hadir. (Jama’ah Shalahuddin)
Sumber: https://js.ugm.ac.id/2023/10/setelah-lima-dekade-ugm-kembali-selenggarakan-maulid-pop/
Guru Besar Bidang Ilmu Pemuliaan Pohon Fakultas Kehutanan UGM Prof. Dr. Ir. Mohammad Na’iem, M.Agr.Sc. mengatakan bahwa banyak sekali ayat-ayat di dalam Alquran yang berbicara tentang sumber daya alam, seperti Q.S. Al-Baqarah: 22 dan Q.S. Al-Anbiya: 107. Dari ayat-ayat tersebut, ia mengajak umat manusia untuk memanfaatkan langit dan Bumi beserta sumber daya di dalamnya untuk hal-hal yang bermanfaat. “Apa yang telah dianugerahkan oleh Allah ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dimanfaatkan dengan tanpa berpikir sama sekali untuk merusaknya kecuali untuk memberikan manfaat bagi sesama,” sebutnya dalam Webinar Serial Integrasi Ilmu-Agama (WIIA) “Pengembangan & Pengelolaan Hutan Prospektif dari Perspektif Islam”, Rabu (2/8).
Pembimbing Quranic Psychology, Tika Faizatul Munawaroh, S.Psi. memaparkan penjelasan mengenai higienitas tidur (sleep hygiene) dan ibadah dalam Women Institute Indonesia: Perempuan dan Psikologi “Manfaat Sleep Hygiene bagi Kesehatan Mental” di Masjid Kampus UGM, Kamis (27/7). Sleep hygiene, pola kebiasaan baik yang dibangun menjelang seseorang akan tidur, dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan mental, menghadirkan ketenangan dalam hidup, dan menghasilkan tidur yang berkualitas.