
Pada Kamis, 2 Oktober 2025, Masjid Kampus UGM kembali menggelar Kajian Kamis Sore yang menghadirkan Habib Novel bin Muhammad Alaydrus. Acara ini diikuti oleh ratusan jamaah yang memenuhi ruang utama masjid. Dengan tema “Ketika Ibadah Bukan Lagi Beban tetapi Kebutuhan”, kajian ini berhasil membuka pandangan baru bagi banyak orang tentang bagaimana memaknai ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi sebagian orang, ibadah sering kali terasa berat. Bangun subuh untuk salat, berpuasa sebulan penuh, atau bahkan sekadar menahan diri dari hal-hal yang diharamkan kadang dianggap sebagai kewajiban yang membebani. Namun, sebenarnya ibadah bukanlah sebuah beban. Justru, ia adalah kebutuhan dasar manusia, sama seperti makan, minum, atau bernapas.
Baca juga: Kepala PSLH UGM: Krisis Ekologi adalah Cermin Kegagalan Manusia Menjaga Bumi
Ibadah bukan hanya soal rukuk dan sujud. Ia adalah seluruh bentuk ketaatan kepada Allah. Bekerja untuk keluarga dengan penuh tanggung jawab, menuntut ilmu demi ridha orang tua, hingga tersenyum tulus kepada sesama. Semua itu bernilai ibadah jika diniatkan karena Allah. Sayangnya, banyak yang memahami ibadah hanya sebatas ritual—salat, puasa, haji—sehingga ketika kesibukan dunia mengganggu, ibadah terasa seperti tugas tambahan yang membosankan.
Padahal, rahasia agar ibadah terasa ringan adalah cinta. Ketika hati sudah jatuh cinta kepada Allah, semua perintah-Nya menjadi kerinduan, bukan paksaan. Lihatlah bagaimana seorang ibu rela mengandung sembilan bulan, melahirkan dengan taruhan nyawa, bahkan merawat anak tanpa pamrih. Ia melakukannya bukan karena disuruh, melainkan karena cinta. Begitu pula seharusnya ibadah kita kepada Allah: lahir dari rasa syukur dan cinta, bukan sekadar takut akan dosa.
Agar ibadah terasa manis, kita perlu memahami manfaatnya. Seperti orang yang rela jogging meski lelah demi kesehatan, ibadah pun memberi ketenangan hati, keberkahan hidup, dan jalan keluar dari kesulitan. Bahkan, ibadah adalah cara terbaik kita “berkomunikasi” dengan Allah. Jika doa adalah curahan hati, maka ibadah adalah bahasa cinta kita kepada Sang Pencipta.
Ketika ibadah dijalani dengan kesadaran penuh, ia bukan lagi rutinitas kaku, melainkan kebutuhan jiwa. Kita akan rindu untuk bersujud, merasa damai saat berdzikir, dan tenang ketika mendekat kepada-Nya. Sebab sejatinya, jiwa manusia hanya akan merasa cukup ketika dekat dengan Tuhannya. (Alkansa Fauziyyah / Editor: Indra Oktafian Hidayat)