
Dekan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Danang Sri Hadmoko, S.Si., M.Sc., menyampaikan pentingnya keseimbangan alam dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi dalam Ramadan Public Lecture (RPL) bertema “Global Collaboration: Sustainable Planet for Sustainable Future”. Acara ini diselenggarakan di Masjid Kampus UGM pada Minggu, 16 Maret 2025.
Danang memulai pembahasannya dengan mengungkapkan bahwa Allah menciptakan bumi dengan sempurna dan penuh keseimbangan. “Allah menciptakan bumi ini dengan dilengkapi sebuah perisai berupa atmosfer, atmosfer yang melapisi dan melindungi bumi dari segala macam ancaman, salah satunya dari radiasi sinar ultraviolet,” jelasnya. Beliau juga menyoroti keistimewaan Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki keseimbangan antara siang dan malam, memberikan keuntungan bagi kehidupan manusia.

Sustainable Planet for Sustainable Future”.
Dok. Ramadhan Di Kampus UGM
Dalam paparannya, Danang menganalogikan perkembangan bumi dalam skala waktu 24 jam. Jika bumi diciptakan pada pukul 00.00, kehidupan monosel muncul sekitar pukul 03.00, sementara manusia modern (homo sapiens) baru muncul 0,19 detik sebelum tengah malam. “Manusia muncul pada detik-detik terakhir kehidupan bumi. Walaupun singkat, keberadaan manusia memiliki dampak yang luar biasa,” ujarnya.
Beliau menjelaskan bahwa sejak revolusi industri pertama hingga tahun 2025, suhu bumi telah meningkat sebesar 1–1,5 derajat celcius akibat emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) dan gas metana. Hal ini menyebabkan kehilangan keanekaragaman hayati secara signifikan. “Saat ini industrialisasi telah berkembang pesat, tentunya hal ini dapat memicu adanya perubahan iklim,” tambahnya.
Danang menekankan bahwa kerusakan lingkungan, seperti perubahan iklim dan pemanasan global, sebagian besar disebabkan oleh ketidakbertanggungjawaban manusia. Padahal, manusia diciptakan sebagai makhluk paling sempurna dan dipilih sebagai khalifah di muka bumi. “Manusia dianugerahi akal, hawa nafsu, dan hati nurani dalam kadar yang proporsional untuk mengelola bumi dengan bijaksana,” ujarnya.
Sebagai penutup, Danang mengajak semua pihak untuk mengambil langkah konkret dalam mengurangi emisi karbon, menjaga kelestarian hutan, dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan. “Dengan memanfaatkan akal, mengendalikan hawa nafsu, dan mendengarkan hati nurani, kita dapat memulihkan kerusakan yang telah terjadi dan memastikan bumi tetap layak huni untuk generasi mendatang,” tutupnya. (Raizal Marandi/Editor: Ismail Abdulmaajid/Foto: Ramadhan Di Kampus UGM)