
Pada malam ke-15 Ramadan (14/3), Ramadan Public Lecture (RPL) mengangkat tema “Visi Kebudayaan Indonesia Emas” dengan menghadirkan Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM, Prof. Dr. Aprinus Salam, M.Hum., sebagai pembicara utama. Dalam paparannya, Aprinus Salam menekankan pentingnya visi kebudayaan dalam mencapai target Indonesia Emas 2045, yang selama ini lebih banyak berorientasi pada aspek politik dan ekonomi.
Aprinus Salam menjelaskan bahwa visi Indonesia Emas 2045 bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan masyarakat yang adil serta sejahtera pada satu abad setelah kemerdekaan Indonesia. Menurutnya, generasi muda saat ini akan menjadi aktor utama dalam pencapaian visi tersebut, karena pada tahun 2045, mereka akan berada di posisi strategis dalam kepemimpinan dan pengambilan kebijakan.

Dok. Ramadhan Di Kampus UGM
“Berpikir pantas itu berpikir kultural,” ungkap Aprinus Salam. Beliau menjelaskan bahwa kebudayaan bukan sekadar warisan tradisi, melainkan sebuah kesadaran untuk memperjuangkan nilai-nilai kepantasan dalam kehidupan bermasyarakat. Jika nilai-nilai kepantasan tidak menjadi pedoman dalam praktik kehidupan sehari-hari, maka visi kebudayaan tidak akan terwujud. “Visi-visi kultural itu, pertama, bagaimana kita memperjuangkan kepantasan. Kedua, bagaimana kita memperjuangkan hidup bermartabat. Dan ketiga, ketika hidup pantas dan bermartabat telah terpenuhi, maka kita akan menjalani kehidupan yang lebih mulia,” jelasnya.
Aprinus Salam menekankan bahwa generasi muda saat ini, khususnya mereka yang berusia 20-an, merupakan kelompok utama yang akan menjalankan visi kebudayaan ini. Masyarakat tidak semata-mata merupakan makhluk ekonomi atau politik, tetapi juga makhluk yang berbudaya. Oleh karena itu, penting untuk menyeimbangkan kehidupan dengan mengelaborasi nilai-nilai kepantasan untuk hidup yang bermartabat dan lebih mulia.
Beliau juga mengingatkan bahwa berkebudayaan bukan berarti terjebak dalam fantasi masa depan yang belum pasti. “Tidak seharusnya kita mengorbankan kenyamanan hidup saat ini demi sebuah harapan ideal di tahun 2045,” ujarnya. Kebudayaan adalah tentang bagaimana kita menjalani kehidupan hari ini dengan penuh kesadaran dan mempersiapkan masa depan dengan lebih baik.
Dengan demikian, Aprinus Salam menutup pemaparannya dengan kesimpulan bahwa visi kebudayaan menjadi sangat penting agar kita tidak terjebak dalam fantasi Indonesia Emas 2045 dan mulai membangun kebudayaan yang berakar kuat sejak hari ini. (Rizky Laksmitha/Editor: Ismail Abdulmaajid/Foto: Ramadhan Di Kampus UGM)