Pendidikan adalah proses memfasilitasi pembelajaran atau perolehan pengetahuan, keterampilan, nilai, kepercayaan, dan kebiasaan. Dalam prosesnya, terdapat metode pendidikan yang meliputi bercerita, diskusi, pengajaran, pelatihan, dan penelitian terarah. Adapun tujuan dari proses pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah “menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingginya.” Hal tersebut menjadikan pendidikan sebagai aspek penting dari pembangunan manusia dan memainkan peran penting dalam pengembangan pribadi, sosial, serta ekonomi individu dan masyarakat.
Secara keseluruhan, pendidikan sangat penting untuk pembangunan Indonesia sebagai bangsa dan untuk kesejahteraan dan kemakmuran warga negaranya. Oleh karena itu, hal tersebut menjadi prioritas penting bagi pemerintah dan masyarakat secara menyeluruh.
Indonesia mengalami beberapa krisis dalam pendidikan yang perlu segera ditindaklanjuti. Salah satunya ialah kesenjangan yang signifikan dalam fasilitas pendidikan, dengan banyak siswa tidak dapat mengakses pendidikan berkualitas karena kurangnya sekolah, ruang kelas, dan infrastruktur lain yang diperlukan. Menurut laporan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI baru-baru ini, lebih dari 3,5 juta siswa di negara ini tidak memiliki akses ke sekolah. Hal tersebut sebagian besar disebabkan oleh kekurangan ruang kelas dan fasilitas pendidikan lainnya, serta kurangnya guru terlatih. Situasinya sangat kritis di daerah terpencil dan pedesaan, di mana banyak siswa harus menempuh perjalanan jauh untuk bersekolah atau mungkin tidak memiliki akses ke sekolah sama sekali. Masalah tersebut menyebabkan tingginya angka putus sekolah dan rendahnya tingkat pencapaian pendidikan, khususnya di antara masyarakat yang kurang beruntung dan terpinggirkan.
Kesenjangan Masih Marak
Kesenjangan fasilitas pendidikan merupakan masalah yang terus terjadi di Indonesia. Di beberapa daerah, terutama di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) seperti di daerah pedalaman, perbatasan, dan pulau-pulau kecil. Berdasarkan Perpres No. 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Tertinggal 2020-2024 terdapat 62 kabupaten, di antaranya Nias (Sumatera Utara), Nabire & Asmat (Papua), dan Musi Rawas Utara (Sumatera Selatan). Menurut data Kemdikbud RI tahun 2019, sekitar 25% sekolah di Indonesia berada di daerah terpencil dan terluar, yang merupakan bagian dari daerah 3T.
Fasilitas pendidikan pada daerah tersebut sering kali tidak seimbang dengan fasilitas yang ada di kota-kota besar. Salah satu contoh kesenjangan fasilitas pendidikan di daerah 3T adalah masalah akses terhadap sekolah. Di beberapa daerah 3T, sekolah tidak tersedia atau jarak ke sekolah terlalu jauh, sehingga anak-anak di sana tidak memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan baik.
Belum lagi jika berbicara mengenai kualitas gedung sekolah pada daerah 3T. Kondisinya sering kali jauh lebih rendah dibandingkan dengan sekolah di kota-kota besar, dengan fasilitas yang minim atau tidak memadai. Banyak kerusakan dan rendahnya sistem operasional yang mampu menangani masalah tersebut. Menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2019, hanya sekitar 37% sekolah di Indonesia yang memiliki fasilitas yang memadai, sementara sisanya masih memiliki fasilitas yang kurang memadai atau tidak memadai sama sekali.
Selain masalah akses terhadap sekolah, kesenjangan fasilitas pendidikan di daerah 3T juga terlihat dari kurangnya tenaga pendidik yang berkualitas, ketersediaan guru terbatas sehingga anak-anak tidak mendapatkan bimbingan dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2019, sekitar 28% sekolah di Indonesia tidak memiliki guru penuh waktu, sementara sisanya hanya memiliki guru penuh waktu dengan jumlah yang tidak memadai.
Data Kemdikbud RI tersebut juga sejalan dengan data yang dihimpun oleh tim volunteer analis data Ramadhan Public Lecture 1444 H Masjid Kampus UGM. Kondisi ruang kelas adalah contohnya. Mereka menemukan masih banyaknya ruang kelas di sekolah-sekolah Indonesia yang mengalami kerusakan, meski tingkatnya ringan. Kerusakan pada ruang kelas paling banyak terjadi di sekolah dasar (SD), yang justru menjadi jenjang pendidikan paling dasar untuk anak-anak sebelum lanjut ke tahap berikutnya.
Demikian pula dengan kondisi ruang sanitasi seperti toilet di sekolah. Tim volunteer juga mendapati bahwa 4 dari 10 sekolah di tiap jenjang pendidikan tidak memiliki fasilitas sanitasi yang layak. Hanya terdapat 59% SD yang memiliki toilet terpisah untuk lelaki dan perempuan, sedangkan 21% SD tidak punya fasilitas sanitasi atau memiliki fasilitas sanitasi yang buruk. (Data selengkapnya dapat diamati di s.id/DataSaranaPrasaranaPendidikanIndonesia dan s.id/DataKesejahteraanGuruDosenIndonesia)
Bagaimana Solusinya?
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan tindakan yang terpadu dan sinergis dari pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, dan stakeholders lainnya. Pemerintah perlu memberikan dukungan finansial dan fasilitas yang memadai untuk sekolah di daerah 3T, serta memberikan insentif bagi guru yang bersedia mengajar di daerah tersebut. Selain itu, perlu adanya program-program pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi setempat, serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pembelajaran.
Meski sudah banyak terjadi krisis dalam pendidikan di Indonesia, pemerintah masih lengah dalam menghadapinya. Akibatnya kesenjangan fasilitas pendidikan di daerah 3T menjadi salah satu kerak masalah yang harus diatasi bersama, agar semua anak di Indonesia dapat mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan merata. Dengan demikian, akan terwujudlah masyarakat Indonesia yang cerdas, adil, dan sejahtera.
Untuk membahas persoalan pendidikan di Indonesia, pada bulan Desember 2022 Masjid Kampus UGM akan kembali menyelenggarakan Masjid Kampus UGM Public Lecture (MPL). MPL yang bulan ini mengangkat tema “Reorientasi Politik Pendidikan Nasional Menuju Indonesia Maju: Kesejahteraan Guru, Infrastruktur, dan Tata Kelola” ini insyaallah akan diadakan pada Sabtu, 31 Desember 2022 mulai pukul 19.30 WIB melalui platform Zoom, serta disiarkan di kanal YouTube Masjid Kampus UGM.
MPL Desember 2022 akan menghadirkan sejumlah tokoh. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdikbud RI Prof. Ir. Nizam, Ph.D. dijadwalkan akan menjadi keynote speaker pada acara ini. Sebagai narasumber ialah Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar PGRI Dr. Jejen Musfah, Spesialis Pengembangan Program dan Kurikulum Sokola Institute Fadilla M. Apristawijaya, dan Dekan Fakultas Filsafat UGM Dr. Rr. Siti Murtiningsih.
Kegiatan ini terbuka untuk umum, dan setiap peserta yang hadir berkesempatan mendapat e-sertifikat secara gratis. Untuk dapat berinteraksi secara langsung dengan narasumber, calon peserta dapat mendaftarkan diri di s.id/MPLDES22.
(Penulis: Adilla Falasifah, Fadhila Shafa, Hafidah Munisah – Editor: Rama S. Pratama – Gambar Utama: AkshayaPatra Foundation/Needpix.com)