Pada Jumat, 19 September 2025, Masjid Kampus UGM kembali menjadi ruang perjumpaan gagasan melalui diskusi profetik. Forum ini menghadirkan sejumlah dosen lintas fakultas yang memiliki perhatian pada paradigma profetik, dengan merujuk pada pemikiran Prof. Kuntowijoyo.
Forum ini dihadiri oleh Dr. Mohamad Yusuf, M.A. (Ketua Takmir Masjid Kampus UGM), Ir. Muhammad Agung Bramantya, S.T., M.T., M.Eng., Ph.D., IPM., ASEAN Eng. (Wakil Ketua Takmir Masjid Kampus UGM), Dr. Arqom Kuswanjono, M.Hum. (Kepala Pusat Kajian Paradigma Profetik), Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A., M.Phil. (Guru Besar Bidang Antropologi FIB UGM), Prof. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., Ph.D. (Dekan Fakultas Biologi UGM), Prof. Dr. Aprinus Salam, S.S., M.Hum. (Guru Besar Bidang Sosiologi Sastra FIB UGM), Dr. Bagus Riyono, M.A., Psikolog. (Dosen Fakultas Psikologi UGM), Dr. Drs. Abdul Malik Usman, M.Si. (Dosen Pendidikan Agama Islam FITK UIN Sunan Kalijaga), Muhamad Supraha, S.Sos., S.H., M.Si. (Dosen Sosiologi FISIPOL UGM), Ir. Nopriadi Hermani, S.T., M.Sc., Ph.D., IPM. (Dosen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika FT UGM), Rachmad Resmiyanto, S.Si., M.Sc. (Dosen Pendidikan Fisika FITK UIN Sunan Kalijaga.
Profetik sebagai Rujukan
Dr. Arqom Kuswanjono, M.Hum. membuka diskusi dengan menegaskan bahwa paradigma profetik telah menjadi rujukan di berbagai tempat dan memberi perspektif baru dalam melihat hubungan Islam dan ilmu pengetahuan. Awalnya, diskusi ini merupakan ruang pengembangan pemikiran Prof. Kuntowijoyo, namun kini berkembang menjadi forum yang lebih luas, menghidupkan nuansa keilmuan di UGM.
“Banyak dosen UGM memiliki basis keagamaan yang kuat. Dari sains hingga ilmu sosial, sebenarnya ada potensi besar untuk menggali integrasi dengan Islam,” ungkapnya. Ia menambahkan, hingga kini sudah ada 10 naskah hasil transkrip diskusi yang siap diterbitkan. Harapannya, forum ini tidak hanya berhenti di ruang diskusi, tetapi bisa bermuara pada konferensi profetik tahunan, sebagaimana tradisi yang dikembangkan IIIT (International Institute of Islamic Thought).
Baca juga: Masjid Kampus UGM Teken Kerja Sama Program Dakwah dengan BSI
Membutuhkan Filsafat Ilmu Baru
Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A., M.Phil. menyoroti pentingnya membangun filsafat ilmu yang berangkat dari Al-Qur’an. Menurutnya, Kuntowijoyo tidak sejalan dengan konsep Islamisasi ilmu yang populer, melainkan mengedepankan gagasan pengilmuan Islam.
“Kalau ingin kembali kepada ilmunya, kita perlu membangun filsafat ilmu yang baru. Barat punya Auguste Comte dengan enam jilid filsafat ilmunya. Kita pun perlu membangunnya dari Al-Qur’an, agar lahir paradigma yang mampu membawa transformasi sosial,” jelasnya.
Ia menekankan perlunya kritik terhadap dominasi pandangan Barat seperti feminisme, fenomenologi, dan positivisme yang minim dimensi spiritual. Dari situlah tradisi baru bisa tumbuh.
Selanjutnya, dari perspektif ilmu alam, Prof. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., Ph.D. menekankan keterkaitan biologi dengan Al-Qur’an.
“Konsep biologi tidak bisa dilepaskan dari kimia, dan Al-Qur’an telah menyinggung unsur-unsur penciptaan sejak peristiwa Big Bang. Kini biologi modern berkembang ke arah astrobiology. Semua ini sesungguhnya memperkaya cara kita memahami ciptaan Allah,” paparnya.
Perlunya Lembaga dan Kurikulum
Diskusi juga menyentuh aspek kelembagaan. Bapak Muhammad Supraja, S.Sos., S.H., M.Si. menekankan perlunya media penyebaran gagasan, agar tidak berhenti di ruang akademik. Sementara itu, Prof. Dr. Aprinus Salam, S.S., M.Hum. mengusulkan agar paradigma profetik masuk ke ruang praktis berupa kurikulum atau kelas reguler, yang bisa dievaluasi secara periodik.
Dr. Drs. Abdul Malik Usman, M.Si. juga menambahkan bahwa kajian profetik telah diagendakan di forum nasional, sehingga UGM bisa menjadi rujukan penting.
Berikutnya, Dr. Bagus Riyono, M.A., Psikolog. menekankan pentingnya membangun filsafat Islam yang lebih kokoh. Ia mengingatkan bahwa banyak warisan ulama besar seperti Al-Ghazali yang sebenarnya bisa menjadi basis kritik terhadap filsafat Barat. “Al-Qur’an harus menjadi pijakan utama, bukan sekadar referensi tambahan. Dari sana, kita bisa mengkritisi bahkan warisan para ulama, untuk menemukan kebenaran yang lebih jelas,” ungkapnya.
Menjelang akhir diskusi, para dosen ingin menjadikan paradigma profetik sebagai agenda kelembagaan. Dr. Arqom menegaskan perlunya pertemuan rutin bulanan, sebagai langkah konkret menuju konferensi profetik di waktu yang akan datang.
Sebagai penutup, Ketua Takmir Masjid Kampus UGM, Dr. Mohamad Yusuf, M.A. mengingatkan bahwa sejak awal Masjid Kampus UGM memiliki komitmen mendukung dakwah profetik yang sudah dimulai beberapa tahun belakangan. (Indra Oktafian Hidayat)