Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, Prof. Dr. Seto Mulyadi, S.Psi., M.Psi., Psikolog – atau yang akrab dipanggil Kak Seto, memberikan ceramah tarawih dalam Ramadan Public Lecture 1444 H di Masjid Kampus UGM. Dalam ceramah dengan tajuk “Arti Penting Pendidikan Keluarga bagi Pembangunan Nasional” itu, beliau memaparkan bahwa pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal. Makna penting dari pendidikan sendiri ialah tidak melupakan pendidikan formal, yaitu keluarga.
Pendidikan, menurutnya, adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik memunculkan potensinya masing-masing. “Nah, untuk mewujudkan makna itu, anak-anak dalam keluarga perlu untuk selalu diapresiasi. Bukan didiskriminasi, [tapi] dihargai dan tidak dibanding-bandingkan,” lanjutnya.
Adapun mengenai sistem pendidikan Indonesia, Kak Seto menyebut bahwa sistem tersebut terdiri dari lima unsur: etika, estetika, IPTEK, nasionalisme, dan kesehatan mental. “Kelima poin tersebutlah yang mudah diterapkan dalam pendidikan informal keluarga,” ujarnya. Beliau juga menambahkan bahwa sistem pendidikan Indonesia mengarahkan para pelajar pada pembentukan karakter profil pelajar Pancasila. Beberapa karakter tersebut yakni akhlak mulia, kebhinekaan global, gotong royong, mandiri, kreatif, dan kritis.
Kak Seto menyimpulkan bahwa makna, sistem, dan karakter yang sedemikian rupa telah disusun tidak akan tercipta dengan baik apabila masih terdapat konflik. Beliau selalu mewanti-wanti hal tersebut, karena konflik dan kekerasan sangat mempengaruhi karakter dan tumbuh kembang anak. Beliau berpesan bahwa perlunya menciptakan keluarga yang ramah anak serta keluarga yang mendidik anak dengan senyuman dan suasana persahabatan. Oleh sebab itu, beliau mengaku begitu mengampanyekan perihal penghentian kekerasan pada anak. (Adilla Falasifah/Editor: Rama S. Pratama/Foto: Arya Hudia, Hafidah Munisah)