• UGM.AC.ID
  • Jama’ah Shalahuddin UGM
  • Rumah ZIS UGM
  • Perpus Baitul Hikmah
  • KB-TK Maskam UGM
  • Mardliyyah UGM
Universitas Gadjah Mada
  • Tentang Kami
    • Selayang Pandang
    • Sejarah Masjid Kampus UGM
    • Manajemen Masjid
  • Kegiatan dan Layanan
    • Kegiatan dan Layanan
    • Fasilitas dan Gerai
    • Akad Nikah
    • Formulir Peminjaman Fasilitas
    • Prosesi Kembali Ke Islam
  • Artikel
    • Beranda Artikel
    • Ibadah dan Kajian Islam
    • Diskusi Paradigma Profetik
    • Sakinah Academy
    • Maskam Public Lecture
    • Ramadan Public Lecture
    • Berita dan Informasi Lain
    • Tulisan dan Khutbah
  • Donasi
  • Kontak
  • Beranda
  • Sakinah Academy
  • Luqyan Tamanni Bedah Dua Sumber Utama Kecemasan Finansial: Takut Kehilangan dan Merasa Tidak Cukup

Luqyan Tamanni Bedah Dua Sumber Utama Kecemasan Finansial: Takut Kehilangan dan Merasa Tidak Cukup

  • Sakinah Academy
  • 24 November 2025, 10.54
  • Oleh: Masjid Kampus UGM
  • 0

Sesi ketiga Sakinah Public Lecture: Greatfather Session kembali digelar melalui Zoom dan kanal YouTube Masjid Kampus UGM. Pada kesempatan kali ini, Dr. Luqyan Tamanni, M.Ec., CFP, AEPP., pendiri Sakinah Finance sekaligus Head of BSI Institute menyampaikan materi komprehensif mengenai Etika dan Manajemen Nafkah Keluarga.

Acara dibuka dengan pengantar dari pembawa acara yang mengingatkan bahwa dua sesi sebelumnya membahas konsep suami qawwam serta kedekatan emosional dalam keluarga. Pada sesi ini, kajian diarahkan pada aspek finansial keluarga dan tanggung jawab besar seorang suami dalam mengelola nafkah.

Nafkah: Antara Ibadah dan Amanah

Dalam paparannya, Luqyan menegaskan bahwa mencari nafkah (alkasb) bukan sekadar aktivitas ekonomi, tetapi ibadah yang wajib. Setelah nafkah diperoleh, statusnya berubah menjadi amanah yang harus dikelola dengan penuh tanggung jawab.
“Upaya bekerja itu ibadah, tapi setelah menjadi rezeki, ia berubah menjadi amanah yang harus dijaga dan dipertanggungjawabkan,” ungkapnya.

Ia mengaitkan konsep ini dengan beberapa ayat Al-Qur’an, terutama peringatan agar tidak meninggalkan dzurriyyah dha’ifah (generasi yang lemah) yang menegaskan pentingnya perencanaan keuangan dalam keluarga.

Baca juga: Aldy Pradhana Kritik Penjajahan Modern dan Mentalitas Inferior Umat

Dua Sumber Kecemasan Finansial

Menurut Luqyan, kecemasan finansial yang sering dialami calon pasangan muda umumnya berasal dari dua hal:

  1. Rasa takut kehilangan (loss) — takut sulit mendapat pekerjaan, takut aset hilang, atau takut kehilangan kebebasan karena utang.

  2. Rasa kurang (less) — perasaan yang lahir dari perbandingan sosial dan tekanan gaya hidup.

Keduanya, kata beliau, dapat diatasi dengan ilmu dan manajemen keuangan yang benar.

Manajemen Nafkah Dimulai Sebelum Menikah

Dr. Lukianti menekankan bahwa pengelolaan keuangan tidak dimulai setelah akad, tetapi sebelum menikah. Calon pasangan perlu memahami:

  • cara mengatur arus kas (cashflow),

  • perencanaan jangka panjang,

  • risiko keuangan,

  • hingga kewajiban sosial seperti zakat dan sedekah.

“Begitu akad, argo berjalan. Karena itu keuangan harus disiapkan sebelum masuk gerbang rumah tangga,” jelasnya

Fase-Fase Kritis dalam Keluarga

Beliau juga memaparkan fase perjalanan finansial keluarga:

  • 1 tahun pertama: masa paling krusial membangun fondasi hubungan suami–istri.

  • 1–5 tahun: fase membangun keluarga, penyediaan nutrisi anak, hingga perencanaan pendidikan.

  • Setelahnya: fokus pada kebutuhan rumah, investasi, hingga persiapan waris agar tidak menimbulkan sengketa.

Ia menyoroti betapa seringnya konflik keluarga di Indonesia berawal dari urusan warisan karena tidak adanya pemahaman sejak awal.

Dialog, Transparansi, dan Komunikasi

Salah satu kunci manajemen nafkah yang sehat adalah dialog terbuka. Menurutnya, tidak ada telepati dalam rumah tangga segala hal harus dikomunikasikan. Beliau mencontohkan kebiasaan keluarganya yang membuat daftar impian setiap awal tahun, termasuk kebutuhan anak, keperluan rumah, hingga dana pendidikan. Meski pengelolaan operasional dapat dibagi, tanggung jawab moral tetap berada pada pemimpin keluarga.

“Solo responsibility tetap suami. Namun tugasnya bisa dibagi agar amanah ini bisa dikelola bersama,” ujarnya.

Dalam sesi tanya jawab, Luqyan merespons kegelisahan anak muda yang takut menikah karena ketidakpastian ekonomi. Ia menegaskan bahwa ketenangan batin tidak datang setelah semua masalah selesai, melainkan dari kesiapan niat, ikhtiar, dan tawakal.

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Artikel Terbaru

  • Luqyan Tamanni Bedah Dua Sumber Utama Kecemasan Finansial: Takut Kehilangan dan Merasa Tidak Cukup
  • Aldy Pradhana Kritik Penjajahan Modern dan Mentalitas Inferior Umat
  • Dekan FUPI UIN Sunan Kalijaga: Rebut Kembali Kedaulatan Otak, Jangan Biarkan Teknologi Jadi Tuan!
  • Fatma Amalia Ulas Dampak Hukum Perkawinan Tanpa Akta terhadap Harta dan Nasab
  • Erlan Iskandar Kritisi Menurunnya Kualitas Relasi Emosional dalam Keluarga
Universitas Gadjah Mada

MASJID KAMPUS UGM

Jalan Tevesia 1 Bulaksumur, Caturtunggal, Depok,

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281

Email: masjidkampus[@]ugm.ac.id

© Takmir Masjid Kampus UGM - Badan Pengelola Masjid UGM

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY