Dalam Surah An-Nahl ayat 74, Allah berfirman bahwa manusia terlahir dengan penglihatan, pendengaran, hati nurani, dan tanpa pengetahuan apapun. Ayat itu, menurut Prof. Dr. M. Solehuddin, M.Pd., M.A., menunjukkan betapa tidak berdayanya manusia ketika baru dilahirkan.
Ramadan Public Lecture
Terkadang kebangkitan Islam hanya dimaknai dengan kemajuan peradaban yang melibatkan cendekiawan muslim saja. Padahal, kebangkitan Islam sejatinya dapat dimulai dari kontribusi kecil dari masing-masing individu muslim. Inilah yang disampaikan oleh Ustaz Talqis Nurdianto, Lc., M.A., Ph.D. di Mimbar Subuh Ramadan Public Lecture 1444 H di Masjid Kampus UGM, Jumat (14/4).
Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UGM Nyarwi Ahmad, Ph.D. menjelaskan bahwa ada lima hal yang bisa menumbuhkan sekaligus menghancurkan peradaban dunia. Demikian seperti disampaikan pada Diskusi Panel Ramadan Public Lecture (RPL) 1444 H “Problematika Moral Jagat Media Sosial Indonesia” pada Kamis (13/4) di Masjid Kampus UGM.
Ramadan Public Lecture 1444 H kembali menggelar diskusi panel edisi terakhir pada Kamis (13/4) di Masjid Kampus UGM. Mengangkat tema “Problematika Moral Jagat Media Sosial Indonesia”, diskusi panel ini mengundang pendiri PT Narasi Media Pracaya (Narasi) Najwa Shihab, S.H., LL.M. dan dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UGM Nyarwi Ahmad, Ph.D. sebagai pembicara. Sebagai moderator adalah dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIPOL UGM Zainuddin Muda Z. Monggilo, S.I.Kom., M.A.
Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) DIY Ustaz Ridwan Hamidi, Lc., M.P.I, M.A. menjelaskan mengenai garis besar maqasid syariah dalam kehidupan pada Mimbar Subuh Ramadan Public Lecture 1444 H pada hari Kamis (13/4) di Masjid Kampus UGM. Beliau menyampaikan ceramah bertajuk “Maqasid Syariah dalam Kehidupan Sehari-hari.”
Direktur Sosialisasi dan Komunikasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI Prof. Dr. Agus Moh. Najib, M.Ag. menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa daerah, dialek, dan agama. Semua perbedaan ini tidak menjadi sangat berarti karena Indonesia adalah negara dengan semboyan bhinneka tunggal ika – yang memiliki makna walau berbeda-beda tetapi tetap satu jua – dan diikat oleh Pancasila. Demikian dipaparkan dalam materi ceramah tarawih Ramadan Public Lecture 1444 H “Rasionalisasi dan Operasionalisasi Pancasila: Dari Realitas Subjektif menuju Realitas Objektif” di Masjid Kampus UGM, Rabu (12/4).
Bertempat di Masjid Kampus UGM, guru besar ilmu politik, politik internasional, dan diplomasi kebudayaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Prof. Dr. Tulus Warsito, M. Si. memberikan ceramah tarawih Ramadan Public Lecture 1444 H, Selasa (11/4). Dalam awal ceramah bertajuk “Posisi dan Kontribusi Indonesia dalam Mewujudkan Perdamaian Dunia di Tengah Ancaman Krisis Global”, beliau menjelaskan bahwa sejak Indonesia merdeka, melaksanakan perdamaian dunia adalah pernyataan (statement) dasar dalam membangun Indonesia. Hal ini dicantumkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea 4 “…ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Intelegensi merupakan pokok bahasan umum yang ada di sekitar kita. Istilah yang dikenal juga dengan sebutan intelektual dan cendekia ini merupakan kemampuan seseorang dalam menjawab masalah yang ada di masyarakat. Hal ini dikemukakan oleh Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UGM, Prof. Dr. Purwo Santoso, M.A dalam Mimbar Subuh Ramadan Public Lecture 1444 H, Selasa (11/4) di Masjid Kampus UGM.
“Pendidikan adalah hal yang kompleks, karena ia merupakan bagian dari peradaban,” sebut Rektor Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed saat membuka ceramah tarawih Ramadan Public Lecture 1444 H Senin (10/4) di Masjid Kampus UGM. Dalam ceramah berjudul “Pendidikan dan Kemajuan IPTEK Era Kontemporer: Antisipasi Industrialisasi dan Komersialisasi Pendidikan” yang dibawakannya, ia menekankan pentingnya berwakaf untuk pendidikan. Hal ini disebabkan maraknya industrialisasi dan komersialisasi pendidikan zaman sekarang, yang membuat tidak semua orang dapat mengenyam pendidikan dengan kualitas yang baik.
Memasuki minggu ketiga bulan Ramadan, Masjid Kampus UGM kembali menghadirkan pembicara Ramadan Public Lecture untuk membahas isu-isu kebangsaan. Pada Ahad (3/4), Guru Besar FEB UGM, Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc Sc., Ph.D menyampaikan ceramah bertema “Menakar Resiliensi Sistem Ekonomi Nasional di Tengah Ancaman Resesi Global”. Menurutnya pandemi menjadi momentum di mana ketimpangan dan ketidakadilan semakin kentara sehingga dibutuhkan sistem ekonomi nasional yang inklusif.