Webinar Integrasi Ilmu dan Agama pada Rabu sore menghadirkan Ketua Program Magister Manajemen Bencana UGM, Prof. Dr. Dina Ruslanjari, M.Si., sebagai narasumber. Kegiatan ini berlangsung melalui platform Zoom dan disiarkan langsung di kanal YouTube Masjid Kampus UGM.
Masih dalam seri Pedesaan dan Kawasan, sesi kali ini mengangkat tema “Islam dan Pembangunan Berketahanan: Studi Kesiapsiagaan Bencana di Wilayah Pedesaan Indonesia”, sebuah topik yang semakin relevan di tengah meningkatnya kejadian bencana hidrometeorologi di berbagai wilayah Indonesia, termasuk yang sedang terjadi di wilayah Sumatra akhir-akhir ini.
Dalam pemaparannya Dina menyoroti kondisi kebencanaan nasional yang kian kompleks. Beliau menjelaskan bahwa Indonesia berada di posisi rawan bencana dengan lebih dari 80% kejadian dipicu faktor hidrometeorologi yang berdampak paling besar pada desa-desa agraris.
Dina menegaskan bahwa pembangunan ketahanan bencana tidak cukup hanya mengandalkan intervensi teknis pemerintah. Peran institusi agama di tingkat lokal ikut menentukan efektivitas mitigasi. Tokoh agama seperti kiai dan tuan guru kerap menjadi jembatan komunikasi antara informasi teknis kebencanaan dan pemahaman masyarakat.
Baca juga: Sarrah Ayuandari: Egg Freezing Bukan Sekadar Tren, tetapi Keputusan Medis
“Ketahanan tidak bisa dibangun hanya dengan teknologi, ia harus menyentuh hati dan budaya masyarakat,” tegas Dina, menekankan pentingnya integrasi antara ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agama.
Beliau juga menjelaskan bagaimana masjid dapat berfungsi sebagai pusat ketahanan komunitas, mulai dari tempat evakuasi sementara, pusat logistik berbasis sedekah warga, sarana penyebaran informasi melalui pengeras suara, hingga ruang pemulihan psikososial bagi korban. Selain itu, nilai keagamaan dipaparkan sebagai fondasi spiritual yang dapat menjadi sumber ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana.
Sesi diskusi berlangsung sangat interaktif. Peserta mengajukan berbagai pertanyaan mulai dari potensi megathrust di selatan Jawa, penyebab banjir dan longsor di Sumatra Barat, hingga efektivitas program Kampung Siaga Bencana dan Desa Tangguh Bencana. Dina memberikan jawaban komprehensif berdasarkan pengalaman hampir dua dekade mendampingi pembentukan komunitas siaga bencana di berbagai provinsi.
Menutup acara, Dina mengajak seluruh peserta untuk meningkatkan literasi kebencanaan secara mandiri dan aktif menyebarkan informasi mitigasi di lingkungan masing-masing. Ia menegaskan bahwa kolaborasi antara sains teknokratik, nilai keagamaan, dan partisipasi masyarakat merupakan kunci ketahanan yang berkelanjutan.