Guru Besar Bidang Ilmu Pemuliaan Pohon Fakultas Kehutanan UGM Prof. Dr. Ir. Mohammad Na’iem, M.Agr.Sc. mengatakan bahwa banyak sekali ayat-ayat di dalam Alquran yang berbicara tentang sumber daya alam, seperti Q.S. Al-Baqarah: 22 dan Q.S. Al-Anbiya: 107. Dari ayat-ayat tersebut, ia mengajak umat manusia untuk memanfaatkan langit dan Bumi beserta sumber daya di dalamnya untuk hal-hal yang bermanfaat. “Apa yang telah dianugerahkan oleh Allah ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dimanfaatkan dengan tanpa berpikir sama sekali untuk merusaknya kecuali untuk memberikan manfaat bagi sesama,” sebutnya dalam Webinar Serial Integrasi Ilmu-Agama (WIIA) “Pengembangan & Pengelolaan Hutan Prospektif dari Perspektif Islam”, Rabu (2/8).
Salah satu sumber daya yang tersedia di Bumi ialah hutan. Selain mendefinisikan terkait hutan dan ilmu kehutanan, beliau mengajak peserta melihat ikhtisar hutan di Indonesia dan pemanfaatannya oleh manusia, baik dalam hal yang baik dan buruk. Seperti dikatakan Prof. Na’iem, hutan tropis di Indonesia menempati urutan ketiga terluas di dunia setelah Brasil dan Republik Demokratik Kongo, dengan menyumbang 14% total hutan tropis basah di dunia.
Dikisahkan beliau, manusia memanfaatkan hutan dengan pelbagai cara, seperti menyelamatkan spesies meranti tertentu atau membuat hutan tanaman industri. Namun, belakangan kerusakan hutan semakin meluas. Hal ini dikhawatirkannya menjadikan apa yang tersurat pada Q.S. Ar-Rum: 41 menjadi kenyataan, menimbulkan kerusakan di bumi yang tak diharapkan dan mengurangi keanekaragaman hutan. “Sebenarnya, keragamannya (hutan kini) bukan dari pohon dan hewan, tetapi alat berat dengan berbagai bentuk dan fungsi, juga dengan berbagai kemampuan merusak,” katanya.
Oleh karena itu, Prof Na’iem menyampaikan dua prinsip dasar pengelolaan hutan, yakni kelestarian dan produksi meningkat. Keduanya, menurutnya, harus beriringan dan tidak dapat mengutamakan hanya salah satunya saja. Beberapa contoh pun ditunjukkan beliau, seperti silvikultur intensif terhadap pinus dan meranti di sejumlah wilayah Indonesia.
Beliau juga mengusulkan untuk membangun hutan prospektif. Jenis hutan ini merupakan hutan dengan produktivitas tinggi, menghasilkan hasil hutan berkualitas, pengerjaan yang efektif dan efisien, dan pelibatan masyarakat sekitar yang baik sehingga lebih memberi manfaat pada mereka. Silvikultur intensif, menurutnya, merupakan bentuk pengelolaan hutan secara prospektif.
Dalam kesempatan ini pula, Prof. Na’iem memuji WIIA sebagai “hal yang sangat penting” untuk dilakukan. Ia berharap kegiatan ini dapat terus berlangsung. “Mudah-mudahan (WIIA) ini bisa berlangsung terus, sehingga civitas akademika Universitas Gadjah Mada tidak akan sepi dari asupan ilmu maupun agama, atau ilmu yang dijiwai oleh agama,” katanya di awal pembahasan.
Serial WIIA pada bulan Agustus 2023 mengusung keterkaitan antara Islam & ilmu kehutanan. Selain Prof. Na’iem, sejumlah akademisi dari Fakultas Kehutanan UGM dijadwalkan mengisi webinar ini, seperti Dr. Drs. Senawi, M.P., Prof. Dr. Ir. Joko Suseno, dan Prof. Dr. Ir. San Afri Awang, M.Sc. WIIA seperti biasa berlangsung setiap Rabu petang melalui Zoom, dan seri bulan ini berlangsung hingga 23 Agustus 2023. (Rama S. Pratama/Foto:YouTube Masjid Kampus UGM)