Integrasi antara nilai-nilai Islam yang mendalam dan pengetahuan modern menjadi kunci untuk mengatasi kompleksitas masalah yang semakin rumit di masyarakat. Dengan adanya kolaborasi antar bidang ilmu, umat Islam dapat berperan aktif dalam menciptakan solusi yang berkelanjutan untuk masa depan dunia yang lebih baik. Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Djagal Wiseso Marseno pada Webinar Integrasi Ilmu Agama (WIIA) yang dilaksanakan secara daring pada Rabu, 16 Oktober 2024.
Rendahnya index ketahanan pangan Indonesia saat ini sudah pada tahap yang cukup serius. Hal ini dapat dilihat dari data yang dirilis oleh Global Hunger Index (GHI) yang menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke- 77 dari 127 negara dengan skor 16,9 dalam Indeks Kelaparan Global 2024. Rendahnya posisi ini menjadi salah satu alarm yang perlu mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak, mengingat bagaimana signifikannya dampak pangan bagi berbagai lini kehidupan manusia, baik kesehatan, kesejahteraan, hingga stabilitas masyarakat.
Dalam menghadapi tantangan serius ini, ilmu pangan transformatif diharapkan dapat menjadi pemecah masalah pangan seperti kelaparan, kurang gizi, nilai ekonomi, ketahanan pangan, keadilan sosial, dan kesejahteraan manusia. Webinar bertajuk “Ilmu Pangan Transformatif: Usaha Mengintegrasikan Etika Profetik dalam Pengembangan Ilmu Pangan” ini memberikan wawasan penting tentang peran etika profetik dalam inovasi ilmu pangan sebagai bagian dari upaya mewujudkan ketahanan pangan.
Sebagai penutup, Guru Besar Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada ini tak lupa turut memberikan pesan kepada pemerintahan Presiden Prabowo Subianto agar memprioritaskan empat pilar ketahanan pangan, yakni ketersediaan, distribusi, konsumsi, dan daya beli, guna memastikan ketahanan pangan Indonesia tetap terjaga dan mampu menghadapi tantangan global. (M Syahrillah Hikam Muin/Media IT: Julian Rizki Azis)