Pada Rabu, 23 Oktober 2024, telah diselenggarakan Webinar Serial Integrasi Ilmu-Agama bertema “Agriculture Afektif; Memaknai Ragam Pola Human Factors & Integrasinya dalam Pengembangan Ilmu TIP” Acara ini berlangsung setelah salat Asar dan diadakan secara daring melalui platform Zoom. Menghadirkan Prof. Dr. Mirwan Ushada, S.T.P., M.App.Life.Sc. dosen di Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM). Prof. Mirwan mengajak untuk sharing ilmu pengetahuan yang mana bisa mendapat banyak sudut pandang sebagai upaya membentuk kecerdasan kolektif atau kecerdasan yang optimal.
Prof. Mirwan menyoroti pentingnya inovasi keberlanjutan karena berbagai permasalahan yang dihadapi industri pertanian yang berbasis produk-produk segar di Indonesia. Hal ini didorong oleh kondisi yang terjadi hari-hari ini, seperti adanya bonus demografi, lebih jauh diperkirakan adanya peningkatan populasi penduduk dunia menjadi 9,45 miliar, kemudian suhu global yang meningkat 3 sampai 3,5 derajat celcius, dan krisis kesehatan. Sehingga dengan adanya inovasi ini dapat memberikan manfaat lebih luas kepada masyarakat.
Sebelum bicara lebih jauh, penting untuk mengetahui pola-pola manusia yang berkaitan dengan agroindustri. Pola ini diklasifikasikan menjadi tiga yaitu, pertama sifat konsumen yang tidak pernah puas selalu butuh inovasi. Kedua sistem pertanian yang berhubungan dengan pekerja didominasi oleh UMKM yang itu merupakan usaha padat karya. Terakhir yaitu nilai tambah untuk menambah nilai suatu produk dipengaruhi proses biologis, fisis dan kimiawi. Karena itu penting untuk memiliki desain yang dapat menghubungkan manusia, produk, teknologi dan sistem. Dari sistem ini kita tahu bahwa pentingnya teknologi untuk memudahkan bagaimana cara membuat manusia itu merasa butuh dan pada akhirnya hubungan desain, teknologi dan inovasi untuk kebermanfaatan di masyarakat.
Prof. Mirwan menjelaskan hubungan antara proses tersebut dengan ayat dalam Al-Quran dari mulai Al-Alaq (96:1-5) menjelaskan desain yang dilandasi oleh pengetahuan. Kemudian Al-Imran (3:190-191) menjelaskan pola dunia penuh ketidakpastian dari sudut pandang manusia, manusia diminta untuk dimaknai dalam bentuk pola yang bisa dipahami bisa diprediksi. An-Nahl (16:14) tentang teknologi menjelaskan bahwa Allah telah menundukan lautan untuk manusia dapat mengambil daging yang segar dan sekarang sudah sangat berkembang ada proses pengawetan dan sebagainya. Terakhir dalam surah Ar-Rad (13:11) menjelaskan sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dalam ayat ini menekankan pentingnya inovasi untuk menemukan masalah dan solusi.
Kebutuhan konsumen terus berubah, dan ini dipengaruhi oleh faktor manusia, seperti logika, perasaan (afeksi), perilaku, dan spiritual. Pada kesempatan ini akan berfokus pada aspek afeksi, baik pada tingkat individu maupun kolektif. Pada tingkat individu terhubung dengan faktor fisiologis seperti rasa aman, penghargaan, aktualisasi diri (Maslow), sementara pada tingkat kolektif perlu memanfaatkan AI untuk memahami interaksi antar manusia. Konsep desain dalam Al-Quran mengajarkan manusia untuk belajar dari alam. Dalam proses penciptaan manusia Al-Quran mengarahkan proses penciptaannya dari material dan alam metafisik yang tidak dapat diindera inilah yang dinamakan afeksi.
Lebih jauh manusia adalah makhluk yang terbatas penting untuk melihat faktor abstrak lain yakni keimanan. Hal yang terkait dengan keyakinan, tidak hanya tidak didominasi oleh logika dan perasaan tapi ada keindahan yang diberikan Allah kepada manusia. Prof. Mirwan menekankan bahwa tantangan eksplorasi ke depan adalah memahami human factors spiritual, yang mempengaruhi pola konsumsi salah satunya adalah terkait halal-haram produk. Pembelajaran dari alam dan teknologi industri pertanian juga mendalamkan pemahaman akan desain sempurna ciptaan Allah, yang menggambarkan hubungan antara logika, perasaan, dan keimanan dalam membuat keputusan. (Ahmad Abdurrahman/Media IT: Julian Rizki Azis)