Pendiri PT Narasi Media Pracaya, Najwa Shihab, S.H., LL.M. pada Senin (1/4) mengingatkan Generasi Z untuk waspada terhadap hoaks dan propaganda, dalam diskusi publik Ramadan Public Lecture 1445 H di Masjid Kampus UGM. Najwa menekankan bahwa informasi yang terlalu sensasional dan dipaksakan seharusnya dipertanyakan.
Najwa menyebutkan bahwa tingkat literasi digital masyarakat Indonesia di ASEAN hanya mencapai 62%, sementara negara-negara lain di ASEAN memiliki rata-rata literasi digital sebesar 70%. Ia melanjutkan dengan menyampaikan temuan riset kolaboratif yang dilakukan oleh Deakin University Australia dengan UGM terkait tingkat kemampuan Gen Z dalam menilai hoaks.
Najwa menerangkan bahwa penelitian yang dilakukan menggunakan dua metode, yang menilai tingkat kepercayaan mereka pada sumber informasi, dan kemampuan mereka membedakan antara fakta dan propaganda. Ia menyebutkan tingkat kemampuan Generasi Z, khususnya di Indonesia, menunjukkan hasil yang bervariasi dalam menilai hoaks.
“Sebagian besar Generasi Z cenderung percaya pada sumber informasi yang otoritatif, seperti pemerintah atau pemangku kebijakan… Harapannya, bahwa sumber informasi otoritatif dapat menyampaikan yang fakta,” ujarnya.
Ia melanjutkan bahwa sebagian besar Generasi Z (83%) tidak bisa membedakan informasi fakta dan hoaks. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan Generasi Z yang hanya membaca judul tanpa memverifikasi informasi yang mereka terima. Lebih lanjut, Najwa menyampaikan survei serupa yang dilakukan oleh Stanford University, yang juga menggambarkan Generasi Z bahkan tidak bisa membedakan antara iklan dan berita, serta fakta dan opini.
“Literasi digital adalah kemampuan kita untuk dapat mengolah, menganalisa, dan mencerna informasi secara kritis” ujar Najwa dalam diskusi yang mengangkat tajuk “Pemuda dan Kesadaran Literasi Digital” itu.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa terdapat empat ukuran yang dijadikan nilai dalam literasi digital; yaitu kemampuan digital, etika digital, keamanan digital, dan budaya digital. Najwa juga memaparkan data, yang menunjukkan 3 dari 10 orang merasa hidupnya frustasi dan lebih mudah depresi karena berselancar di dunia maya.
Najwa menyampaikan bahwa saat ini merupakan era di mana siapa saja dapat menjadi corong informasi dan menyampaikan opini. Terlebih Generasi Z yang lahir di tengah berita, dan saat ini mengalami banjir informasi. Ia menegaskan bahwa Generasi Z harus memiliki kemampuan bawaan (default) untuk optimis dan idealis di era digital dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan saat ini.
“Generasi Z perlu skeptis, apa pun informasi yang diterima harus dipertanyakan, kemudian dikomparasikan,” ujar Najwa.
Menutup ceramah tarawih, Najwa mengajak Generasi Z untuk lebih berani dalam menyikapi informasi yang hoaks, dan memiliki sikap yang tegas dalam menyikapi propaganda dengan cara meromantisasi budaya literasi. Ia percaya, orang yang suka membaca dan tinggi literasi tidak akan mudah menghakimi dan mengambil kesimpulan. (Ariani Eka Putri/Rama S./Dok: Tim Media Masjid Kampus UGM)