Pengasuh Ma’had Daarul Firdaus, M. Sholihuddin, M.A, menyampaikan ceramahnya pada Mimbar Subuh yang diselenggarakan di Masjid Kampus UGM Selasa (19/3) dengan tema “Peran Alquran dalam Membentuk Karakter Mahasiswa sebagai Agen Pembangunan Manusia”. Dalam ceramahnya, ia menjelaskan bahwa dalam Alquran disebutkan Alquran itu adalah hudan lin nas, yaitu sebagai petunjuk bagi umat manusia. Tidak hanya untuk orang yang beriman saja, tapi semua umat manusia juga bisa menjadikan Alquran sebagai petunjuk hidupnya.
Menurutnya, umat manusia harus meyakini seyakin-yakinnya bahwa bulan Ramadhan adalah bulan spesial di mana Alquran diturunkan. Satu-satunya bulan, yang Allah subhanahu wa ta’ala sebutkan dalam Alquran adalah bulan suci Ramadhan. Lebih luas lagi, lanjutnya, Alquran bukan hanya sebagai way of life (jalan hidup), tapi juga seharusnya sebagai lifestyle (gaya hidup) umat manusia, sebagaimana fungsi awal Alquran untuk mengubah karakter umat manusia.
“Syeikh Abdurrahman As-Sa’di – beliau mengatakan tujuan diturunkannya Alquran itu setidaknya ada dua. Pertama, berisi perintah, larangan maupun informasi yang berkaitan dengan peradaban umat di masa lalu yang bisa dijadikan ibrah/pelajaran untuk umat yang akan datang, karena sejarah terus berulang. Kedua, Alquran itu mendorong umat manusia untuk memaksimalkan potensi nalar kritisnya agar menjadi pribadi-pribadi yang bermanfaat bagi orang lain,” jelasnya.
Sholihuddin menyampaikan pandangannya, bahwa adalah menarik untuk mengkaji Alquran dari perspektif karakter. Beberapa ayat Alquran yang dijelaskan para ulama paling tidak mencakup tiga poin penting. Poin tersebut yaitu tentang akidah yang melahirkan keimanan, Islam yang melahirkan syariat, dan ihsan yang melahirkan akhlak – atau biasa disebut karakter.
Ia menyebutkan, minimal ada tujuh karakter yang harus dimiliki setiap seorang muslim, apalagi mahasiswa. Tujuh karakter tersebut adalah religius, mandiri, jujur, bekerja keras, kreatif, toleransi dan demokratis. Sebagai contoh, karakter religius berarti tampak dari wujud kepatuhan dan ketaatan pada Allah subhanahu wa ta’ala.
Menurut Sholihuddin, semua yang seseorang lakukan dan hasil yang diperoleh adalah berdasarkan perbuatan orang tersebut. Ia menyebut, seseorang tidak bisa bahagia dunia dan akhirat, jika perilakunya tidak mencerminkan orang yang mengejar dunia dan akhirat. Konsep bahagia sederhana yang ada dalam Alquran yaitu “hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang”.
Sholihuddin juga menceritakan kisah sahabat Rasulullah yang mengislamkan penduduk Madinah, seseorang yang diutusnya satu tahun sebelum hijrah ke Madinah. Ia mengisahkan seorang pemuda bernama Mus’ab bin Umair yang menunjukkan sifat zuhudnya, adab-adab yang dipelajari dari Rasulullah, dan kelembutan tutur katanya ketika berinteraksi dengan penduduk Madinah. Dalam waktu yang singkat, tokoh-tokoh Madinah terkesima dengan karakter mulia Mus’ab bin Umair, hingga para penduduk Madinah menyatakan keislamannya.
Kisah tersebut menggambarkan bahwa karakter dapat mempengaruhi seseorang bukan hanya secara personal, namun juga kolektif. Sholihuddin juga berharap agar jemaah yang hadir dapat mengambil inspirasi dari Alquran.
“Mudah-mudahan kita bisa mengambil inspirasi dari Alquran, termasuk memperbanyak membacanya juga mentadabburinya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari,” ucapnya. (Amalia Nurin Al Fath/Editor: Rama S. Pratama/Foto: Tim Media Masjid Kampus UGM)