
RDK Festival digelar pada Kamis, 20 Maret 2025 di Masjid Kampus UGM, mengangkat tema “Ramadan Berdaya: Menjadi Lentera Kebaikan sebagai Pembentuk Karakter Bangsa”. Acara yang merupakan bagian dari Ramadhan di Kampus (RDK) UGM itu menghadirkan jurnalis sekaligus pendiri Narasi, Najwa Shihab.
Pembicaraan dibuka dengan kutipan dari Najwa Shihab, bahwa nasionalisme wajib menampung sayang yang pahit dan cinta yang resah. Menurutnya, cinta tanah air bukan artinya cinta mati, kesurupan, dan tanpa batas, namun juga harus dapat menampung rasa sayang yang mungkin terasa pahit dan cinta yang mungkin terasa getir.
Dari fenomena saat ini yang mencerminkan rasa tidak nasionalistik pada bangsa, Najwa mengajak jemaah yang hadir untuk meredefinisi lagi arti dari mencintai. Ia menyebut, patriotisme harus diredefinisi ulang, tidak bisa hanya sebatas seremonial atau simbol-simbol. Menurut Najwa, hal paling berbahaya adalah ketika masyarakat sudah acuh, apatis, tidak lagi mau melakukan sesuatu saat ada masalah; hal yang menunjukkan masyarakat sudah putus asa.
Najwa menunjukkan makna kebaikan dengan membedah lirik lagu Hindia yang berjudul “Membasuh”. Ia menyampaikan bahwa hidup berjalan bukan secara transaksional, sehingga hendaknya tidak memperlakukan upaya kebaikan seperti investasi yang mencari untung dari ukuran yang ditentukan oleh diri sendiri. Namun, dalam sebuah bait terdapat pertanyaan tentang ketahanan seseorang jika terus melakukan kebaikan tanpa bersyarat, dan ada tidaknya syarat sebelum melakukan kebaikan.
“Itulah pertanyaan yang menggantung Baskara dan Sekar dalam menulis lagu ini”, kata Najwa.
Pada larik terakhir, Najwa menafsirkannya sebagai definisi kebaikan. Definisi kebaikan menurut Aristoteles ialah ketika bermakna bagi orang lain, bermanfaat bagi orang lain, eudaimonia istilahnya. Namun, menjelang abad ke-17 makna kebahagiaan berubah menjadi hedonia, bahwa bahagia hanya terkait pengalaman privat dan perasaan dalam mendapat kenikmatan.
Najwa kembali memaparkan terkait teori psikologi modern tentang kebahagiaan, bahwa bahagia yang sejati ialah menggabungkan antara kebaikan yang bermakna bagi orang lain dan juga memberikan kenikmatan bagi diri sendiri. Menurutnya, terdapat tantangan dalam menyeimbangi keduanya, sementara di dunia saat ini lebih mudah menjadi hedonia bukan eudaimonia.
Najwa Shihab menyampaikan bahwa untuk dapat istiqamah dalam bertindak kebaikan, seseorang perlu menanamkan pola pikir bahwa tidak sulit untuk berbuat baik. Apabila ada kesempatan dalam bertindak positif, ia mengajak agar tidak ragu untuk bertindak.
Walau begitu, sinisme digital saat ini membuat orang takut bertindak baik karena takut dampak apabila dikritik, hal yang menyebabkan orang lebih memilih bersikap pasif daripada aktif. Selain itu, terdapat anggapan bahwa ketika orang melakukan tindakan yang berbeda dari suatu kelompok masyarakat maka orang tersebut dianggap aneh, sehingga ada tekanan untuk selalu menjadi sama seperti yang dilakukan orang lain.
Najwa berpesan, bahwa banyak hal kecil yang bisa dilakukan individu dengan efek yang besar. Dengan demikian, hendaknya seseorang tidak menganggap kerdil suatu tindakan yang ternyata bisa membawa dampak signifikan. Kebaikan tidak perlu epik, dapat disusun melalui hal kecil dan sederhana.
Najwa mengaitkan dengan tema RDK Festival kali ini, bahwa kebaikan harus menjadi karakter. Karakter merupakan wujud dari anggapan tentang orang Indonesia, melalui penggambaran tindakan sehari-hari. Kebaikan kecil yang terus dilakukan dampaknya bisa mengalir.
Najwa percaya bahwa lingkaran kebaikan itu akan membuahkan hasil. Saling berbuat baik merupakan naluri seorang manusia, maka hal itu harus didorong dan dirayakan. Menurutnya, lebih baik menanamkan kebaikan sedari dini dengan metode yang dipastikan dapat berjangka panjang. (Kyla ‘Aisya Malvalena/Editor: Rama Shidqi P./Foto: Ramadhan Di Kampus UGM)