
Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk masa depan bangsa. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., menegaskan bahwa pendidikan harus menjadi fokus utama dalam mencetak generasi unggul. Hal ini disampaikan dalam Ramadan Public Lecture (RPL) pada Rabu, 19 Maret 2025 di Masjid Kampus UGM.
Dalam RPL yang mengusung tema “Pendidikan untuk Semua: Pendidikan sebagai Pilar Utama Pembangunan Indonesia Emas 2045” itu, Abdul Mu’ti menyebutkan bahwa pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai alat rekayasa sosial yang menentukan arah perkembangan bangsa. Beliau menambahkan bahwa salah satu tujuan utama berdirinya negara adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dok. Ramadhan Di Kampus UGM
“Bangsa yang maju adalah bangsa yang masyarakatnya memiliki kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang tinggi,” ujar Abdul Mu’ti.
Selain itu, Abdul Mu’ti juga menyoroti tantangan besar yang dihadapi oleh generasi saat ini dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Beliau mengungkapkan kekhawatiran beberapa pihak yang menilai bahwa generasi saat ini bukanlah generasi emas, melainkan generasi cemas.
“Ada yang mengatakan bahwa Indonesia 2045 bisa saja bukan generasi emas, melainkan generasi cemas. Ini karena banyaknya tantangan yang dihadapi oleh generasi masa kini, termasuk lemahnya mental dan rasa percaya diri,” katanya menambahkan.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Abdul Mu’ti menegaskan pentingnya membangun generasi yang kuat dengan empat pilar utama. Beliau menjelaskan bahwa pilar pertama adalah akidah yang kuat, yang memberikan optimisme dan ketahanan mental bagi individu dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Pilar kedua adalah kekuatan peradaban yang didasarkan pada ilmu, kebudayaan, serta nilai-nilai moral yang tinggi.
Lebih lanjut, Abdul Mu’ti menambahkan bahwa pilar ketiga berkaitan dengan kekuatan ekonomi, karena kesejahteraan masyarakat sangat bergantung pada kemampuan mereka dalam mengelola dan mengembangkan sumber daya ekonomi. Pilar terakhir yaitu kekuatan komunitas, di mana jejaring sosial yang solid dapat menjadi faktor utama dalam membangun bangsa yang maju dan harmonis.
Abdul Mu’ti menegaskan bahwa membangun generasi emas tidak bisa dilakukan secara instan, melainkan harus melalui pendidikan yang berkelanjutan dan berbasis karakter. Oleh karena itu, beliau mendorong penerapan kebiasaan positif sejak dini untuk membentuk karakter generasi muda yang unggul.
“Pendidikan yang berkualitas harus dimulai dengan pembiasaan perilaku baik sejak kecil,” tambahnya.
Di sisi lain, Abdul Mu’ti juga menyebutkan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat yang perlu diterapkan, yakni bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, serta tidur lebih awal. Dengan strategi pendidikan yang berkesinambungan dan berkualitas, beliau optimistis bahwa Indonesia dapat mencapai visinya sebagai bangsa yang maju dan unggul di tingkat global pada tahun 2045. Sebagai penutup, beliau kembali menegaskan bahwa pendidikan yang bermutu tidak hanya menciptakan individu yang cerdas, tetapi juga membangun masyarakat yang berdaya saing, inovatif, dan memiliki karakter yang kuat. (Novita Adhellia Putri/Editor : Rama Shidqi P./Foto: Ramadhan Di Kampus UGM)