
Pentingnya peran para Nabi dan Rasul dalam membentuk serta mengubah peradaban menjadi sorotan utama dalam kajian Mimbar Subuh pada hari ke-5 Ramadan, Rabu, 5 Maret 2025. Kajian ini disampaikan oleh Ketua Pimpinan Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal, Lc., M.S.I., dengan tema “Membangun Masyarakat Muslim yang Cerdas dan Berakhlak Mulia di Dunia Maya”.
Dalam ceramahnya, Fathurrahman Kamal menyoroti bagaimana umat manusia pernah mengalami masa jahiliyah sebelum datangnya Islam. Kala itu, peradaban diliputi oleh kegelapan, kesyirikan, serta kemaksiatan. Para Nabi dan Rasul hadir dengan tugas pokok untuk menggantikan nilai-nilai jahiliyah dengan cahaya iman, keadilan, akhlak mulia, serta ilmu pengetahuan. Melalui ajaran Islam, manusia diajak bangkit dari keterpurukan dan membangun peradaban yang lebih maju dan bermartabat.
“Diangkatnya derajat seseorang oleh Allah itu ada dua aspek yang paling penting, pertama terpenuhinya persyaratan ilmu pengetahuan, potensi keimanan harus terpenuhi. Iman saja tidak cukup maka harus digenapkan dengan kompetensi bahwa orang itu memiliki spesifikasi ilmu dan pengetahuan. Inilah Islam,” ujar Fathurrahman Kamal.
Ia kemudian menjelaskan bahwa dalam Al-Qur’an terdapat surat-surat yang memberikan solusi atas berbagai perilaku jahiliyah. Surah Al-‘Alaq mengajarkan pentingnya literasi ketuhanan dan menegaskan bahwa ilmu harus selalu disertai iman kepada Allah. Surah Al-Qalam menekankan tradisi menulis sebagai sarana penyebaran ilmu dan pembangunan peradaban. Sementara itu, Surah Al-Muzzammil mengajarkan pengelolaan spiritualitas dan manajemen waktu agar setiap Muslim dapat menjalani kehidupan yang seimbang. Surah Al-Muddatsir menekankan pentingnya keluar dari zona nyaman dan berani melakukan perubahan. Selain itu, Surah Al-Fatihah, jika dibagi menjadi tiga bagian utama, memberikan pedoman hidup yang mencakup ideologi keyakinan, konstruksi ibadah, dan moralitas. Dengan demikian, Islam hadir sebagai the way of life yang harus dijalani dengan penuh kesadaran.
“Islam itu kan luas sekali, tapi kami sangat yakin aspek-aspek fundamental dalam Islam tidak ada umat yang berbeda,” ungkapnya.
Menutup ceramahnya, Fathurrahman Kamal menegaskan bahwa di era digital, generasi muda Muslim memiliki peran yang sangat krusial dalam melanjutkan misi dakwah. Dunia maya, menurutnya, merupakan medan dakwah yang luas di mana informasi dan nilai-nilai Islam dapat disebarkan dengan cepat dan masif. Oleh karena itu, anak muda Muslim harus menjadi agen perubahan yang cerdas serta bertanggung jawab dalam memanfaatkan media digital.
“Mereka akan melihat kita, dengan apa yang kita hadirkan dalam hidup mereka,” katanya mengakhiri kajian. (Rizky Laksmitha/Editor: Ismail Abdulmaajid/Foto: Tim Media Masjid Kampus UGM)