
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) DIY, Prof. Dr. Machasin, M.A. menjelaskan bahwa puasa di bulan Ramadan merupakan latihan untuk memperbaiki kualitas masyarakat. Sikap dalam menjalani Ramadan inilah yang menentukan apakah seseorang akan memperoleh manfaat dari ibadahnya atau tidak.
Dalam Ramadan Public Lecture (RPL) yang mengangkat tema “Meningkatkan Kualitas Masyarakat Muslim di Bulan Ramadan”, Prof. Machasin mengawali pembahasannya dengan mengutip makna dari QS. Ar-Ra’d ayat 11 yang mengandung pesan penting tentang perubahan dalam kehidupan masyarakat. Beliau menyampaikan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka sendiri berusaha untuk mengubah kondisi dalam diri mereka.
Ayat ini, menurutnya, dapat dimaknai bahwa kenikmatan yang diberikan Allah bisa berubah apabila manusia mengubah perilaku mereka dari yang baik menjadi buruk. Sebaliknya, jika suatu kaum ingin memperbaiki nasibnya, mereka harus berusaha secara aktif melalui perubahan sikap, kerja keras, dan motivasi untuk membangun bangsa. Beliau juga menyinggung bahwa ayat ini pernah dibacakan oleh Soekarno dalam sidang PBB, menegaskan bahwa kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai jika masyarakatnya memiliki kesadaran berubah dan berjuang demi perbaikan bersama.
Selanjutnya, Prof. Machasin juga mengutip pemikiran Abu Hamid Al-Ghazali, yang berpendapat bahwa kualitas suatu umat bergantung pada individu yang mendukungnya, dan kualitas individu bergantung pada kebersihan hati dan perbuatan setiap individunya. Ia turut mengutip pemikiran Ibnu Khaldun, sejarawan abad ke-14 sampai 15 Masehi, yang mengungkapkan bahwa kekuatan suatu negara sangat bergantung pada sejauh mana warganya saling membantu dalam melakukan kebaikan dan menegakkan keadilan.
“Kualitas dari masyarakat muslim itu sangat tergantung dengan apakah warga dari masyarakat muslim itu bisa saling membantu di dalam melakukan perbaikan dan keadilan.” katanya menjelaskan saat RPL di Masjid Kampus UGM, Ahad, 2 Maret 2025.
Prof. Machasin kemudian memaparkan faktor-faktor yang membentuk kualitas kehidupan masyarakat yang baik. Beliau menjelaskan bahwa salah satu faktornya adalah kemampuan masyarakat untuk mengatur diri sendiri tanpa paksaan.
Faktor kedua adalah integritas dan akhlak mulia individu dalam masyarakat. Prof. Machasin menjelaskan faktor ini sebagai kesadaran untuk mengetahui batas dan kadar masing-masing dalam kehidupan sosial sehingga terbentuknya kualitas masyarakat yang baik. Beliau mengutip syair berbahasa Jawa karya Kyai Imam Syafi’i dari Purworejo pada abad ke-19, yang menekankan pentingnya pendidikan nalar sejak dini agar seseorang dapat tumbuh dewasa dan mandiri.
Faktor ketiga, menurutnya, adalah kemampuan melihat segala sesuatu dengan pertimbangan nalar yang tepat dan jernih, bukan hanya berdasarkan emosi. Faktor keempat yaitu kesehatan fisik dan mental.
Melanjutkan pemaparannya, beliau membagi orang-orang di bulan Ramadan ke dalam tiga kategori. Pertama, mereka yang mempersiapkan diri dengan niat dan semangat untuk memperbaiki diri. Kedua, mereka yang memanfaatkan bulan Ramadan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kualitas hidup, baik secara spiritual maupun sosial. Ketiga, mereka yang lalai dalam menyikapi Ramadan sehingga melewatkan kesempatan untuk bertumbuh dan berubah menjadi lebih baik.
Selain itu, Prof. Machasin, juga mengingatkan bahwa perubahan besar dalam masyarakat bisa menjadi tanda kehancuran jika tidak disikapi dengan bijak. Mengutip sabda Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tanda-tanda hari kiamat berupa “budak perempuan melahirkan tuannya dan orang yang sebelumnya menggembala kambing berlomba-lomba membangun bangunan tinggi”, ia menyebut tanda-tanda ini menunjukkan perubahan besar dalam tatanan sosial dapat membuat masyarakat lebih rentan terhadap kerusakan.
Menutup pemaparannya, Prof. Machasin menekankan bahwa dalam menghadapi perubahan zaman, masyarakat harus berhati-hati agar tidak terjerumus dalam kemunduran moral. Sebagai contoh, beliau menyebut Nabi Sulaiman – ‘alaihissalam dan Imam Abu Hanifah, yang mampu tetap teguh dalam nilai-nilai moral dan kebaikan meskipun menghadapi berbagai tantangan duniawi. (Rizky Laksmitha/Editor: Rama Shidqi P./Foto: Tim Media Masjid Kampus UGM)