Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Muhammad Najib Azca, Ph.D., menyampaikan ceramah tarawih pada Ramadan Public Lecture 1445 H yang diselenggarakan di Masjid Kampus UGM, Kamis (4/4). Ceramahnya bertema “Harmoni Sosial dan Perdamaian sebagai Pilar Penting dalam Proses Pembangunan”.
Najib, yang juga merupakan dosen Departemen Sosiologi Fisipol UGM ini, menyebutkan situasi Indonesia mengenai perdamaian saat ini sudah agak berbeda. Jika menengok ketika fase Reformasi di sekitar tahun 1997-2002, Indonesia mendapati situasi yang sangat serius. Menurutnya, saat itu demokrasi yang dilakukan Indonesia diikuti dengan maraknya kekerasan kolektif hampir di seluruh penjuru Tanah Air.
Ia menyampaikan saat masa-masa tersebut, beberapa negara memprediksi Indonesia tidak akan bertahan karena tingginya tingkat kekerasan. Namun realitanya, Indonesia masih bertahan. Indonesia menjadi salah satu negara yang dijadikan studi kasus, bahwa sebuah negara yang multikultur dan majemuk berhasil meniti jalan terjal demokrasi, yang tidak semua bangsa berhasil melewati itu.
Najib mengatakan, Bapak Studi Perdamaian, Prof. Johan Galtung mendefinisikan perdamaian dengan dua makna. Definisi secara negatif ialah pembangunan yang ditandai oleh ketidakhadiran kekerasan.
Namun, menurutnya, definisi secara negatif saja itu tidak cukup. Ada pula definisi secara positif, yaitu pembangunan yang ditandai oleh kehadiran relasi-relasi yang harmonis dan kehadiran keadilan.
Najib mengajak masyarakat Indonesia, untuk merefleksikan realisasi wujudnya perdamaian. Menurutnya, dalam konteks global pun, masyarakat dunia masih memiliki pekerjaan rumah besar untuk mewujudkan perdamaian abadi, berkaca dari konflik Palestina yang masih jauh dari kata selesai.
Menurutnya, berbicara perdamaian artinya juga berbicara mengenai tren pembangunan, yang menjadi penyebab adanya ketimpangan. Meskipun secara umum kesejahteraan meningkat, tapi angka ketimpangannya bisa tinggi. Najib menyebut, ancaman terjadi konflik kekerasan bisa muncul kapan saja, sehingga perlu dilakukan pembangunan yang praktis, konsultatif dan sensitif terhadap situasi pada tiap-tiap daerah.
Ia sampaikan, ikhtiar perancangan perubahan pembangunan sebagai satu upaya untuk mengkonsolidasi perdamaian ini sesungguhnya merupakan mandat dari ajaran Islam. Najib juga mengajak kepada masyarakat untuk mewujudkan perdamaian.
“Mari kita mulai dari diri sendiri dan lingkungan kecil kita. Dari lingkup keluarga, kemudian naik ke lingkup komunitas dan seterusnya. Salah satunya, diadakannya Ramadan Publik Lecture malam ini, maka mari kita wujudkan Islam rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam) itu,” ujarnya. (Amalia Nurin Al Fath/Rama S./Dok: Tim Media Masjid Kampus UGM)