Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Nezar Patria, S.Fil., M.Sc., M.B.A. menyampaikan ceramah tarawih Ramadan Public Lecture 1445 H, Minggu (31/3) di Masjid Kampus UGM. Nezar menyampaikan bahwa disrupsi memunculkan berbagai peluang dan dinamika yang akan dihadapi saat ini. Keamanan siber, menurutnya menjadi fondasi dinamika aspek kehidupan dengan meningkatnya penggunaan digital.
Nezar menjelaskan, peningkatan kejahatan siber tahun 2023 meningkat sebesar 77%. Industri yang menjadi sasaran kejahatan siber yaitu ekosistem yang menyangkut serangan data pribadi.
“Indonesia peringkat 48 dari 176 negara dengan indeks keamanan siber sebesar 63,64 perlunya usaha lebih keras dalam meningkatkan keamanan siber Indonesia,” ujarnya saat menyampaikan ceramah tarawih.
Ia menyebut, ada tiga pendekatan dalam peningkatan siber. Pendekatan itu yakni peningkatan pelayanan berbasis cloud, peningkatan transformasi digital, dan penguatan kesadaran masyarakat terhadap serangan siber. Menurutnya, masyarakat harus menjaga keamanan sesuai ajaran Islam agar tidak melanggar hak-hak dan ranah privat orang lain, sesuai dengan surat An-Nur ayat 27.
Nezar juga menjelaskan tantangan yang dialami dalam perkembangan internet of things (IoT) di ranah industri. Ia memaparkan, sebagian besar penyedia IoT belum menyadari signifikansi faktor keamanan siber bagi konsumen dalam keputusan pembelian. Penyedia IoT menganggap, pengambilan keputusan masih terkotak-kotak dalam industri dan bersifat vertikal.
Nezar menegaskan, di dunia militer saat ini, pengembangan kecerdasan buatan (AI) mampu membuat senjata, membaca medan, membuat manuver, dan membuat eksekusi target secara mandiri untuk keamanan negara. Ia memberikan contoh dalam perang Ukraina dan Rusia, yang mampu mendemonstrasikan Nature of War melalui AI. Menurutnya, dalam waktu 1 dekade ke depan AI menjadi kekuatan dominan dalam pertempuran militer.
Selain itu, Nezar menjelaskan peran AI dalam demokrasi, seperti ChatGPT yang mampu mengolah gambar, suara, teks yang realistis dibantu robot yang sangat canggih. Para pelaku jahat dapat memanfaatkan alat ini untuk menyebarkan informasi keliru, khususnya pada pemilihan umum.
“World Economic Forum menyampaikan resiko terbesar 2-3 tahun ke depan adalah misinformasi dan disinformasi. Peringkat itu mengalahkan informasi krisis iklim dan dalam jangka panjang masuk kategori 5 besar dunia,” katanya.
Nezar mengungkapkan, terdapat lebih dari 50 juta ancaman serangan siber di Indonesia. Oleh karena itu, pertahanan siber diperlukan sebagai arena penting pengendalian pertahanan negara. Selain itu, Nezar menjelaskan sektor pendidikan, khususnya universitas, memegang peranan sangat penting dalam mendorong pertumbuhan inovasi di bidang IoT.
Ia mengklaim, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mendukung transformasi digital seperti pendampingan ratusan kota dan kabupaten untuk mengembangkan konsep kota cerdas (smart city). Kemkominfo menyelenggarakan Indonesia Smart Solution Summit yang bekerjasama dengan Asosiasi IoT Indonesia, dengan tujuan membekali dan membentuk ekosistem IoT lokal melalui lokakarya, seminar, diskusi panel, dan ekspo UMKM. Di akhir ceramah, Nezar mengajak para jemaah untuk meningkatkan kecakapan teknologi dan literasi digital untuk mewujudkan pemanfaatan teknologi yang mampu membawa misi menebar rahmat bagi seluruh alam. (Firdha Fadhilah/Editor: Rama S. Pratama/Foto: Tim Media Masjid Kampus UGM)