Imam Besar Masjid Kampus UGM, Dr. Muhammad Nur, M.Ag menekankan perlunya memperluas kampus di luar ruang fisik untuk mengakomodasi tiga potensi dasar manusia: inderawi, rasional, dan hati nurani untuk mendukung terciptanya lingkungan kampus madani. Hal ini disampaikan beliau dalam ceramah tarawihnya Masjid Kampus UGM Public Lecture (MPL) Selasa (12/03) di Masjid Kampus UGM dengan tema “Mewujudkan Kampus Madani Melalui Internalisasi Nilai-Nilai Al-Qur’an”. Wacana ini menyoroti tantangan sosial yang dihadapi oleh kampus-kampus saat ini, termasuk kurangnya ruang untuk berdebat dan sikap apatis mahasiswa terhadap ajaran akademis pasca pemilu.
Wujud kampus madani ini kemudian dijelaskan kembali olehnya dengan langkah-langkah menggali, menginternalisasi, dan mengaplikasikan puasa yang sesungguhnya, sehingga bisa mengantarkan komunitas kampus menjadi lebih madani. Menurutnya, konsep “madani” yang dimaksud di sini dapat berupa konsep secara bahasa, yang berarti beradab atau berbudaya, atau sebagian lagi mengartikan berupa civil society atau masyarakat beradab. Beliau menyampaikan bahwa puasa di bulan Ramadan adalah latihan ibadah non-fisik yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas spiritual dan etika.
Puasa Ramadan, menurutnya, perlu dipahami kembali. Baginya, Ramadan lebih dari sekadar menahan diri dari aktivitas fisik dan makanan, namun juga mendorong pertumbuhan spiritual. Hal spiritual yang ia maksudkan diuraikan dalam tujuh kualitas spiritual yang dapat dikembangkan saat puasa. Tujuh kualitas itu yakni pertobatan, kepastian dalam halal dan haram, melepaskan diri dari gangguan duniawi, kesabaran, ketergantungan pada Allah, dan kepuasan dengan ketetapan-Nya.
Dr. Nur menambahkan, pertaubatan dalam konteks puasa harus bisa menciptakan karakter rohani yang merasa bersalah ketika seseorang jauh dari Tuhan atau berjarak dengan Tuhannya. Proses pertaubatan ini disebutnya dengan “training taubat hati”.
“Jadi kalau taubat kebanyakan itu menyesali perbuatan dosa fisik, habis mencuri takjilan temannya tadi, astaghfirullah, anggurnya saya ambil satu, maaf ya Allah. Itu taubat fisik. Tetapi taubat rohani, taubat hati itu ketika anda lupa, ingat kepada Allah” tuturnya.
Kedua, melatih dan mengkondisikan hati, jiwa, untuk selalu meyakini dan berpihak kepada yang pasti-pasti benar dan halal. Jadi tidak perlu melakukan atau menginginkan sesuatu yang abu-abu atau sesuatu yang tidak pasti.
Ketiga, melatih hati sehingga memiliki karakter yang disebut dengan zuhud. Zuhud berarti melepaskan diri dari segala sesuatu yang membuat kita sibuk selain kepada Allah. Karena ketika sudah tidak ingat dengan Allah, sudah sibuk dengan selain Allah, maka disitulah kemungkinan perbuatan dosa fisik akan muncul.
Keempat, melatih hati yang fakir atau melatih hati agar tidak jatuh cinta kepada dunia, tetapi juga tidak mau dicintai oleh dunia. Kelima, pelatihan rohani untuk memiliki hati yang sabar. Sabar yang dimaksudkan di sini adalah ketika seseorang merespon sesuatu yang sepertinya merupakan hal negatif namun sesungguhnya terdapat pula hal positif di dalamnya, seperti dalam Q.S. Al Insyirah: 5-6.
Keenam, melatih diri untuk memiliki ketergantungan hanya kepada Allah dengan menanamkan prinsip bahwa apa saja yang dilakukan maka Allah menjadi penentu akhirnya. Pelatihan yang ketujuh atau yang terakhir adalah bagaimana mengkondisikan ruhani kita menjadi ruhani yang rida. Menurutnya, rida adalah kondisi ketika seseorang yakin bahwa yang terjadi itu pasti dalam sepengetahuan Allah.
Secara keseluruhan, Dr. Nur mendorong pergeseran perspektif dari ibadah fisik ke pengabdian spiritual selama bulan Ramadan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menumbuhkan komunitas atau kampus yang menumbuhkan kualitas-kualitas spiritual yang baik sehingga dapat berkontribusi pada penciptaan lingkungan yang beradab dan berbudaya. Orang-orang yang memiliki kekuatan, karakter ruhani yang dalam tujuh poin tersebut diharapkan mampu menjadi modal untuk menciptakan komunitas atau kampus yang diharapkan memiliki lingkungan yang beradab. (Nur Sa’adah Nubatonis/Editor: Rama S. Pratama/Foto: Tim Media Masjid Kampus UGM)