
Salah satu pondasi penting dalam sebuah kepemimpinan adalah sifat cerdas, atau fatanah. Maka dari itu setiap pemimpin diharapkan memiliki sifat ini. Melalui Ramadan Public Lecture (RPL) 1444 H hari kesembilan pada Kamis (30/3) di Masjid Kampus UGM, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A. menjelaskannya dalam balutan tema “Konsep Kepemimpinan yang Fatanah”.
Dalam ceramahnya, Prof. Nasaruddin mengatakan bahwa sifat fatanah sangat jarang dibahas, bahkan dalam ayat Alquran sifat ini tidak pernah disebutkan. Sifat fatanah baru dibahas dalam hadits. “Fatanah adalah kecerdasan keterampilan psikologis. Sifat ini jarang dibahas dibandingkan ketiga sifat nabi lainnya: siddiq, tabligh, dan amanah” jelas beliau dalam pembuka ceramah tarawih.
Sifat fatanah merupakan salah satu sifat wajib yang harus dimiliki nabi dan rasul, dalam hal ini termasuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Prof. Nasaruddin menceritakan bahwa Rasulullah sejak kecil sudah memiliki sifat ini. Salah satu contoh konkritnya terlihat saat Nabi Muhammad menggembala kambing. Rasulullah dipercaya mengembala kambing-kambing milik orang lain karena kecerdasannya. “Selain kecerdasan dalam menggembala kambing, sifat fatanah Rasulullah juga terlihat saat pemindahan Hajar Aswad, bahkan karena ini Rasulullah dijuluki Al-Amin (bermakna “Yang Dapat Dipercaya”),” tambahnya.
Imam Besar di Masjid Istiqlal Jakarta ini juga menceritakan kisah lain yang menunjukkan betapa sifat fatanah dimiliki oleh Nabi Muhammad. Beliau bercerita saat Rasulullah membuat inovasi dalam dunia perdagangan yang Rasulullah kelola. Beliau menerapkan sistem sirkulasi, di mana sistem ini membuat barang dagangan lebih cepat terjual. “Nabi Muhammad sistemnya itu lebih ke sirkulasi jadi lebih untung. Metode ini yang paling efektif,” tutur beliau.
Sifat fatanah semakin terlihat dalam diri Rasulullah saat diangkat jadi nabi dan rasul. Hal ini dapat dilihat dalam tekadnya dalam mempertahankan eksistensi tanah suci Mekah. “Nabi Muhammad adalah sosok yang lihai dalam politik, inilah yang dinamakan fatanah,” tutur Prof. Nasaruddin melanjutkan ceramahnya.
Beliau juga menambahkan bahwa sifat fatanah atau kecerdasan intelektual yang dimiliki Rasulullah bukan semata sebatas mukjizat, tapi ini merupakan keterampilan yang dimilikinya. “Ini merupakan sifat fatanah yang tertanam dalam diri Nabi Muhammad,” tambahnya.
Sifat fatanah lainnya, lanjutnya, juga dapat dilihat saat Nabi Muhammad menyusun kabinet kepemimpinannya. Prof. Nasaruddin mengatakan bahwa Rasulullah sangat cerdas dalam memilih orang-orang kepercayaannya. Beliau, menurutnya, sangat tepat dalam memilih orang yang sesuai dalam bidang yang diperlukan.
Memasuki akhir ceramah tarawihnya, Prof. Nasaruddin mengatakan bahwa pemikiran Rasulullah sudah sangat jauh melampaui zaman. Dalam artian ini, menurutnya, Rasulullah memiliki sifat fatanah yang jauh di atas rata-rata manusia biasanya. Terakhir sebelum menutup ceramah tarawihnya, Prof. Nasaruddin mengajak jemaah agar mencontoh dan meneladani sifat fatanah yang dimiliki Nabi Muhammad. (Yahya Wijaya Pane/Editor: Rama S. Pratama/Foto: Adilla Falasifah)
Saksikan videonya berikut ini:
