Ketua Dewan Guru Besar UGM, Prof. Dr. M. Baiquni, M.A. mengisi ceramah Ramadan Public Lecture (RPL) pada Kamis, 27 Maret 2025 di Masjid Kampus UGM. Dalam RPL bertema “Pembangunan atau Pengrusakan?: Dampak Lingkungan Hidup dan Peminggiran Masyarakat di Negara Kepulauan” itu, Prof. Baiquni menyampaikan dilema dari suatu pembangunan dan peran jiwa muthma-innah (penuh ketenangan) dalam menjaga bumi. Di satu sisi, pembangunan mengalokasikan sumber daya melalui ilmu pengetahuan dan teknologi guna kemaslahatan manusia, namun di sisi lain terdapat pengrusakan karena ulah manusia melampaui batasan alam.
Menurutnya, ini telah diperingatkan oleh firman Allah pada Surat Al-Baqarah ayat 30, yang menerangkan dialog Allah subhanahu wa ta’ala dengan para malaikat dan setan sebelum manusia diciptakan. Allah berkehendak menciptakan manusia sebagai khalifah (pemimpin) di bumi; sesuatu yang dipertanyakan malaikat sebelum Allah menyatakan bahwa Ia mengetahui apa yang mereka tak ketahui. Prof. Baiquni menjelaskan dari ayat ini bahwa walaupun Allah mengetahui manusia memiliki dimensi pengrusakan, Allah berperan memberikan ilmu pada manusia yang akan menjadi pemimpin di bumi.
Prof. Baiquni mengatakan, meski ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) makin berkembang di era kekinian, ia berpesan agar manusia jangan lupa meninggalkan sejarah. Ia mengingatkan bahwa ketika peradaban tinggi, manusia cenderung lupa diri. Apabila hal tersebut terjadi, Allah tak segan akan memberikan bencana bagi umat manusia.
Prof Baiquni juga menerangkan tentang perkembangan IPTEK dari zaman ke zaman; mulai revolusi industri gelombang pertama dengan mesin uapnya yang menurutnya merusak lingkungan, hingga gelombang keempat dengan kecerdasan buatan (AI). Ia menyimpulkan, teknologi memiliki dua sisi, bisa membantu umat manusia namun ada dampak negatifnya. Menurutnya, manusia perlu bermuhasabah dengan melihat kembali yang terjadi saat ini, mengkaji masa lalu, dan memprediksi masa depan.
Dengan melantunkan Surah Al-Baqarah ayat 11, ia menegaskan bahwa apabila pembangunan tidak dipimpin oleh nilai-nilai yang ada dalam Al-Quran dan hadis, maka pembangunan akan mengalami malapetaka.
“Problematika ini harus diperbaiki bersama-sama,” katanya menegaskan.
Di akhir ceramah, Prof. Baiquni berpesan bahwa merawat lingkungan harus dijalani dengan pandangan Al-Quran. Ia mengajak jemaah berintrospeksi diri agar menjadi manusia berjiwa muthma-innah, sehingga pembangunan lebih bertanggung jawab dan tidak merusak lingkungan.
“Berbondong-bondonglah mencari ridho dari Allah subhanahu wa ta’ala agar mendapat surga-Nya,” katanya. (Kyla ‘Aisya Malvalena/Editor: Rama Shidqi P./Dok: Ramadhan Di Kampus UGM)