Pada Minggu, 23 Maret 2025, Ramadan Public Lecture (RPL) di Masjid Kampus UGM mengangkat tema “Potensi Umat Islam Indonesia untuk Mewujudkan Peta Jalan Kedaulatan Pangan Hewani”. Acara ini menghadirkan Prof. drh. Agung Budiyanto, M.P., Ph.D., Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Hewan UGM, sebagai pembicara utama.
Agung Budiyanto memaparkan bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk di sektor peternakan. Namun, hingga saat ini, kebutuhan daging sapi nasional masih bergantung pada impor. “Sebagai umat Islam yang mayoritas di negeri ini, kita memiliki potensi besar untuk berperan dalam membangun kedaulatan pangan hewani yang lebih mandiri dan berkelanjutan,” ujarnya.
Beliau menjelaskan bahwa tingkat konsumsi daging di Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya, yaitu hanya sekitar 2,7 kg per kapita per tahun. Meskipun demikian, produksi unggas dan telur sebagai sumber protein hewani alternatif telah mencapai surplus, dengan kebutuhan nasional lebih dari 1,2 juta ton daging ayam dan 2 juta ton telur per tahun. Namun, untuk daging sapi, kebutuhan nasional sekitar 313 ribu ton masih belum terpenuhi tanpa impor sebesar 226 ribu ton per tahun.
Agung Budiyanto menyoroti tantangan utama dalam peternakan sapi di Indonesia, yaitu produktivitas yang rendah. Salah satu penyebabnya adalah populasi sapi yang masih kurang dan rendahnya angka kebuntingan akibat berbagai penyakit. Selain itu, peternak tradisional yang menguasai 70% populasi sapi nasional masih menghadapi kendala seperti akses terhadap teknologi dan ketimpangan dalam sistem ekonomi. “Peternak sering kali menjadi pihak yang paling terdampak oleh fluktuasi harga dan sistem perdagangan yang kurang menguntungkan,” jelasnya.
Meskipun demikian, Agung Budiyanto optimis bahwa sektor peternakan memiliki peluang besar. Bisnis unggas dan telur telah membuktikan adanya perputaran uang hingga triliunan rupiah per bulan. Namun, sektor ini masih didominasi oleh perusahaan besar, sementara umat Islam dan generasi muda kurang tertarik untuk menggarapnya. “Investasi awal yang cukup besar dan ketekunan dalam mengelolanya merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh para peternak,” ujarnya.
Beliau menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi peternakan. Salah satu contohnya adalah sistem “telekontrol” yang dikembangkan oleh UGM, di mana kondisi sapi di daerah NTT dapat dimonitor secara real-time dari UGM.
Agung Budiyanto juga mengajak generasi muda untuk berkontribusi dalam mewujudkan kedaulatan pangan hewani. “Maka kawan-kawan dan mahasiswa, monggo, ditunggu perannya, teknologi yang Anda miliki. Kemudian kepedulian, kawan-kawan yang ada di ekonomi, kawan-kawan yang ada di sosial, bentuk kelompok ternak yang bagus,” harapnya.
Dengan pengelolaan yang baik, Agung Budiyanto optimis Indonesia dapat mencapai swasembada daging sapi dan meningkatkan kesejahteraan peternak kecil. (Siskaria Puji Septiyani/Editor: Ismail Abdulmaajid/Foto: Ramadhan Di Kampus UGM)