
Ketua Program Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Ibnu Khaldun Bogor, drh. Adian Husaini, M.Si., Ph.D., memaparkan pentingnya pendidikan guna membentuk pribadi yang bertaqwa dalam Mimbar Subuh di Masjid Kampus UGM. Adian membuka paparannya dengan menjelaskan bahwa puasa Ramadan merupakan bagian dari konsep pendidikan yang ideal, karena di dalamnya terdapat masukan (input), proses, dan keluaran (output) yang jelas. Oleh karena itu, beliau menekankan pentingnya puasa Ramadan yang tidak hanya menjadi sarana ibadah semata, tetapi juga menjadi sarana pendidikan.
“Puasa Ramadan adalah konsep pendidikan yang ideal, sebab inputnya adalah orang-orang beriman, prosesnya adalah puasa, dan outputnya adalah orang-orang bertaqwa,” ungkapnya dalam Mimbar Subuh “Pendidikan Sepanjang Hayat: Meniti Jalan Ilmu Menuju Ridha Allah” pada Selasa, 18 Maret 2025.

Dok. Ramadhan Di Kampus UGM
Menurutnya, tujuan utama dari pendidikan dalam Islam, termasuk dalam ibadah puasa Ramadan adalah mencapai taqwa. Taqwa merupakan derajat tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia,
“Taqwa adalah kemuliaan tertinggi dan orang bertaqwa adalah orang yang paling mulia, dan paling dekat dengan Allah,” kata Adian menjelaskan.
Beliau juga menyinggung perihal pendidikan yang dirumuskan oleh Ki Hajar Dewantara yang mengadopsi konsep tasawuf, yaitu syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat. Menurut konsep tersebut, pendidikan tertinggi adalah pendidikan yang mampu menghasilkan guru-guru berkualitas, yang tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi pemimpin dan pengayom bagi masyarakat.
“Pendidikan tertinggi adalah menghasilkan guru yang bisa mengasuh, melindungi, dan mengayomi,” katanya.
Namun, ia menyebut pendidikan modern saat ini tengah menghadapi tantangan besar seperti kecenderungan menolak takwa dan lebih menghargai hal-hal materialistis seperti kekayaan, kekuasaan, dan popularitas. Tantangan ini, menurutnya, semakin berat karena peradaban modern mewarisi tradisi materialisme dari Yunani kuno, seperti Epikureanisme, yang menganggap kebahagiaan hanya bisa dicapai melalui kesenangan duniawi.
Di tengah arus modernisasi yang kian deras, menjaga kebersihan jiwa dan keimanan menjadi tantangan besar. Namun, dengan terus melakukan tazkiyah (penyucian) jiwa dan memohon petunjuk Allah, umat Islam akan senantiasa teguh di jalan yang lurus. Selain itu, tazkiyah juga akan membentuk pribadi yang berakhlak mulia.
“Orang yang hatinya bersih pasti akan memiliki sifat terpuji seperti kejujuran, keberanian, dan keadilan… Tazkiyah adalah kunci kesuksesan dunia dan akhirat” kata Adian menambahkan.
Sebagai penutup, Adian menekankan pentingnya konsep pendidikan Islam yang mengedepankan takwa, tazkiyah, dan ilmu. Dengan konsep tersebut umat Islam diharapkan dapat kembali menjadi umat terbaik atau khairul ummah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat.
“Dengan melalui pendidikan yang benar, umat Islam dapat meraih kejayaan kembali, baik di dunia maupun di akhirat” ujarnya. (Raizal Marandi/Editor: Rama Shidqi P./Foto: Ramadhan Di Kampus UGM)