• UGM.AC.ID
  • Jama’ah Shalahuddin UGM
  • Rumah ZIS UGM
  • Perpus Baitul Hikmah
  • KB-TK Maskam UGM
  • Mardliyyah UGM
Universitas Gadjah Mada
  • Tentang Kami
    • Selayang Pandang
    • Sejarah Masjid Kampus UGM
    • Manajemen Masjid
  • Kegiatan dan Layanan
    • Kegiatan dan Layanan
    • Fasilitas dan Gerai
    • Formulir Peminjaman Fasilitas
    • Prosesi Kembali Ke Islam
  • Artikel
    • Beranda Artikel
    • Ibadah dan Kajian Islam
    • Diskusi Paradigma Profetik
    • Sakinah Academy
    • Maskam Public Lecture
    • Ramadan Public Lecture
    • Berita dan Informasi Lain
    • Tulisan dan Khutbah
  • Donasi
  • Kontak
  • Beranda
  • Ramadan Public Lecture
  • Staf Ahli Kemdikbudristek Beberkan Grand Design Manajemen Talenta Nasional

Staf Ahli Kemdikbudristek Beberkan Grand Design Manajemen Talenta Nasional

  • Ramadan Public Lecture
  • 8 April 2024, 18.21
  • Oleh: Masjid Kampus UGM
  • 0

Staf Ahli Bidang Manajemen Talenta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) RI, Tatang Mutaqqin, S.Sos., M.Ed., Ph.D. menyebut Indonesia akan sangat merugi bila masuk dalam deretan negara maju dan berada dalam kondisi tidak siap. Hal ini disampaikan oleh Tatang dalam ceramah tarawih Ramadhan Public Lecture di Masjid Kampus UGM, Jumat (5/4) yang mengangkat tema “Grand Design Manajemen Talenta Nasional untuk Menghadapi Bonus Demografi 2030-2040”.

Menurut Tatang, dalam rentang tahun 2024-2037, Indonesia berada dalam posisi yang sangat baik secara demografis. Populasi jumlah angkatan kerja produktif berada dalam posisi yang optimal, sehingga apabila mereka dapat bekerja dan memperoleh pendapatan yang baik, ini akan menjadi bonus tersendiri. Meskipun demikian, apabila mereka memiliki kualitas yang rendah dan kondisi kesehatan yang buruk, bonus demografi dapat berubah menjadi bencana demografi akibat pengangguran dan tingkat ketergantungan yang tinggi.

Melihat kondisi ini, Tatang menilai Al-Qur’an menjadi sangat relevan dengan pengingat agar merasa khawatir bila meninggalkan generasi-generasi selanjutnya yang lemah. Sementara itu, lanjutnya, negara lain juga tengah mengkhawatirkan hal yang sama sehingga mereka berupaya mencari generasi muda terbaik untuk mengisi dan membangun negerinya. Dengan demikian, terjadilah perang talenta.

“Bayangkan Bapak Ibu, tiap tahun saya mendampingi para anak muda bertalenta. Mereka menjadi juara di olimpiade internasional ketika mereka kelihatan mendapat medali di tingkat internasional maka negara-negara seperti Amerika, Singapura langsung menawarkan beasiswa-beasiswa yang sangat menarik. Apalagi untuk bidang-bidang yang memang sangat menjanjikan di masa depan seperti teknologi informasi, artificial intelligence (kecerdasan buatan), komputer optik, dan lain-lain,” tutur Tatang dalam ceramahnya.

Walau begitu, Tatang mengatakan para pemenang olimpiade tersebut terkadang tidak berminat saat ditawari beasiswa dari Indonesia untuk melanjutkan studi sejak SMA hingga ke jenjang perguruan tinggi bahkan di universitas-universitas terbaik di dunia. Mereka lebih memilih beasiswa dari negara lain dengan harapan tidak kembali ke Indonesia. Menurutnya, lomba merebut talenta menjadi penting karena Indonesia dapat dimanfaatkan oleh negara lain apabila tidak dalam kondisi siap.

“Kita harus betul-betul menyiapkan diri. Itulah yang sejak lama (ditulis) dalam pepatah Latin (yang) mengatakan, kalau kita maju ke lapangan tanpa persiapan maka kita akan turun tanpa kehormatan,” lanjut Tatang.

Oleh karena itu menyiapkan manusia yang kokoh menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa bonus demografi benar-benar terjadi, bukan sebaliknya. Menurut Tatang, Pemerintah Indonesia tengah bersiap menerbitkan rancangan besar (grand design) manajemen talenta yang terdiri dari tiga area utama.

Pertama adalah area riset inovasi yang keberadaanya dapat melipatgandakan pendapatan seluruh bangsa, agar anak-anak Indonesia akan dapat menciptakan unicorn-unicorn baru dan membuka lapangan pekerjaan. Kedua, bidang seni budaya yang dapat dinikmati lebih luas, untuk meningkatkan kebanggaan bangsa serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi, seperti halnya budaya K-pop dari Korea Selatan. Ketiga, bidang olahraga yang dapat meningkatkan perkembangan industri olahraga nasional.

“Inilah barangkali apa yang kita sedang desain, bagaimana orkestrasi semua aktor baik pemerintah maupun swasta untuk memperluas akses dan bagaimana menyiapkan lokomotif-lokomotif yang akan menarik gerbang besar dari kereta yang ada di republik ini” kata Tatang. (Nur Sa’adah Nubatonis/Rama S./Dok: Tim Media Masjid Kampus UGM)

Leave A Comment Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Artikel Terbaru

  • Guru Besar Filsafat UGM: AI dalam Kebijakan Publik Harus Berlandaskan Keadilan
  • Ketua Dewan Guru Besar UGM Ajak Raih Jiwa Muthmainnah Untuk Menjaga Bumi dan Semesta
  • Tenaga Ahli Kementan Jelaskan “Panca Krida Kedaulatan Pangan Nusantara” sebagai Jihad Pertanian
  • Wawan Mas’udi: Solidaritas Sosial sebagai Pondasi Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan
  • Mantan Wakil Ketua KPK: “Masih Ada Harapan” untuk Sistem Hukum Indonesia
Universitas Gadjah Mada

MASJID KAMPUS UGM

Jalan Tevesia 1 Bulaksumur, Caturtunggal, Depok,

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281

Email: masjidkampus[@]ugm.ac.id

© Takmir Masjid Kampus UGM - Badan Pengelola Masjid UGM

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju