Staf Ahli Bidang Manajemen Talenta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) RI, Tatang Mutaqqin, S.Sos., M.Ed., Ph.D. menyebut Indonesia akan sangat merugi bila masuk dalam deretan negara maju dan berada dalam kondisi tidak siap. Hal ini disampaikan oleh Tatang dalam ceramah tarawih Ramadhan Public Lecture di Masjid Kampus UGM, Jumat (5/4) yang mengangkat tema “Grand Design Manajemen Talenta Nasional untuk Menghadapi Bonus Demografi 2030-2040”.
Menurut Tatang, dalam rentang tahun 2024-2037, Indonesia berada dalam posisi yang sangat baik secara demografis. Populasi jumlah angkatan kerja produktif berada dalam posisi yang optimal, sehingga apabila mereka dapat bekerja dan memperoleh pendapatan yang baik, ini akan menjadi bonus tersendiri. Meskipun demikian, apabila mereka memiliki kualitas yang rendah dan kondisi kesehatan yang buruk, bonus demografi dapat berubah menjadi bencana demografi akibat pengangguran dan tingkat ketergantungan yang tinggi.
Melihat kondisi ini, Tatang menilai Al-Qur’an menjadi sangat relevan dengan pengingat agar merasa khawatir bila meninggalkan generasi-generasi selanjutnya yang lemah. Sementara itu, lanjutnya, negara lain juga tengah mengkhawatirkan hal yang sama sehingga mereka berupaya mencari generasi muda terbaik untuk mengisi dan membangun negerinya. Dengan demikian, terjadilah perang talenta.
“Bayangkan Bapak Ibu, tiap tahun saya mendampingi para anak muda bertalenta. Mereka menjadi juara di olimpiade internasional ketika mereka kelihatan mendapat medali di tingkat internasional maka negara-negara seperti Amerika, Singapura langsung menawarkan beasiswa-beasiswa yang sangat menarik. Apalagi untuk bidang-bidang yang memang sangat menjanjikan di masa depan seperti teknologi informasi, artificial intelligence (kecerdasan buatan), komputer optik, dan lain-lain,” tutur Tatang dalam ceramahnya.
Walau begitu, Tatang mengatakan para pemenang olimpiade tersebut terkadang tidak berminat saat ditawari beasiswa dari Indonesia untuk melanjutkan studi sejak SMA hingga ke jenjang perguruan tinggi bahkan di universitas-universitas terbaik di dunia. Mereka lebih memilih beasiswa dari negara lain dengan harapan tidak kembali ke Indonesia. Menurutnya, lomba merebut talenta menjadi penting karena Indonesia dapat dimanfaatkan oleh negara lain apabila tidak dalam kondisi siap.
“Kita harus betul-betul menyiapkan diri. Itulah yang sejak lama (ditulis) dalam pepatah Latin (yang) mengatakan, kalau kita maju ke lapangan tanpa persiapan maka kita akan turun tanpa kehormatan,” lanjut Tatang.
Oleh karena itu menyiapkan manusia yang kokoh menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa bonus demografi benar-benar terjadi, bukan sebaliknya. Menurut Tatang, Pemerintah Indonesia tengah bersiap menerbitkan rancangan besar (grand design) manajemen talenta yang terdiri dari tiga area utama.
Pertama adalah area riset inovasi yang keberadaanya dapat melipatgandakan pendapatan seluruh bangsa, agar anak-anak Indonesia akan dapat menciptakan unicorn-unicorn baru dan membuka lapangan pekerjaan. Kedua, bidang seni budaya yang dapat dinikmati lebih luas, untuk meningkatkan kebanggaan bangsa serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi, seperti halnya budaya K-pop dari Korea Selatan. Ketiga, bidang olahraga yang dapat meningkatkan perkembangan industri olahraga nasional.
“Inilah barangkali apa yang kita sedang desain, bagaimana orkestrasi semua aktor baik pemerintah maupun swasta untuk memperluas akses dan bagaimana menyiapkan lokomotif-lokomotif yang akan menarik gerbang besar dari kereta yang ada di republik ini” kata Tatang. (Nur Sa’adah Nubatonis/Rama S./Dok: Tim Media Masjid Kampus UGM)