Pada Mimbar Subuh yang diselenggarakan di Masjid Kampus UGM, Sabtu (30/3), Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Hewan UGM, drh. H. Agung Budiyanto, M.P., Ph.D. menyampaikan ceramahnya mengenai posisi hewan dalam Alquran terhadap manusia. Menurutnya, adanya penyebutan mengenai hewan-hewan dalam Alquran menjelaskan bahwa Allah ingin menunjukkan kebesarannya lewat hewan kepada manusia.
Ia menjelaskan bahwa ada 22 hewan yang disebutkan dalam Alquran, tetapi ada beberapa yang memang dikhususkan sebagai bentuk kesyukuran dan pelajaran. Terkait dengan hewan, Rasulullah memberikan pelajaran bahwa beliau sangat sayang dan mewajibkan manusia menyayangi binatang. Rasulullah pernah mengatakan “bertakwalah kepada Allah, dan tunggangi serta beri makan hewan dengan baik”, yang artinya dalam konsep apa pun manusia tidak boleh membiarkan hewan-hewan dalam keadaan lapar.
drh. Agung juga menjelaskan kisah mengenai semut dalam surat An-Naml ayat 18 yang menggambarkan bahwa dalam kehidupan di dunia hewan, ada dialog seperti manusia di dunia. Ketika semut akan dilewati Nabi Sulaiman, pada saat itu raja semut memerintahkan para semut untuk masuk ke sarangnya agar tidak terinjak oleh Nabi Sulaiman dan tentaranya. Dari konsep ini, para ulama melihat bahwa cara Allah membahas secara detail mengenai semut membuktikan adanya satu kehidupan yang mungkin di luar pemahaman manusia.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Allah ingin menunjukkan kebesarannya lewat hewan, salah satunya ketika melihat anatomi unta. Unta mempunyai kelopak mata, rambut tebal hingga cuping hidung yang menutup, menjadikannya hewan yang bisa bertahan di Arab yang kerap terjadi badai pasir.
“Itu karena Allah menciptakan anatominya dengan begitu indah. Kemudian juga kantong air unta mampu menyimpan air berpuluh-puluh liter. Tidak mungkin kalau bukan Zat yang menciptakan langit dan bumi ini, kecuali Allah membuat suatu contoh yang luar biasa,” jelasnya.
Dalam proses penciptaaan hewan, ia melanjutkan penampakan ini dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa Allah luar biasa. Terlebih lagi dalam menggambarkan sesuatu yang sangat kecil, seperti semut, lebah, dan nyamuk yang disebut berulang-ulang dalam Alquran. Hal tersebut menunjukkan bahwa Allah ingin menunjukkan pada kita bahwa ada sesuatu yang tidak mungkin kita pahami, kecuali dengan nilai keimanan yang luar biasa.
“Allah menggambarkan dalam Alquran itu ada dua sisi, sisi dari sifat hewannya, seperti lebah yang menghasilkan madu dan semut yang begitu kuat koordinasinya. Secara mikro fisiologis lebih hebat lagi,” katanya.
Di akhir, ia mengatakan bahwa saat ini sebesar 70% penyakit pada manusia ditularkan oleh hewan. Hal tersebut menunjukkan kebenaran sabda Rasulullah untuk menyayangi dan merawat hewan dengan baik.
Menurutnya, secara tidak langsung, jika manusia tidak meng-handle hewan dengan baik akan menimbulkan kerugian bagi mereka. Tetapi, ketika manusia meng-handle hewan dengan baik seperti Rasulullah, maka hewan dapat menjadi bagian untuk melindungi semua orang. (Meitha Eka Nurhasanah/Editor: Rama S. Pratama/Foto: Tim Media Masjid Kampus UGM)