Penulis buku Fikih Ekologi, Dr. Agus Hermanto. M.H.I menyampaikan ceramah tarawih Ramadan Public Lecture 1445 H, Selasa (19/3) di Masjid Kampus UGM. Dalam ceramah bertajuk “Mentadaburi Al-Bi’ah atau Ekologi dalam Perspektif Islam” itu, ia berbicara bahwa al-bi’ah menjadi rumah dari setiap makhluk hidup dan bagaimana cara mereka berinteraksi dalam sebuah ekosistem antara satu dan lainnya.
“Bi’ah dibagi menjadi dua, (pertama) Al-Hayyah wal Jamidah mencakup segala sesuatu yang hidup di alam semesta. Kedua, Al-Jamidah atau benda mati, yang dibagi lagi menjadi dua; yaitu Al-bi’ah al-jamidah at-thobi’iyah, yang alami diciptakan oleh Allah seperti kita melihat matahari, air, angin, udara. (Kedua) Al-bi’ah al-jamidah assuna’iyah yang diciptakan dari rekayasa pemikiran manusia karena manusia dianugerahi oleh Allah subhanahu wa ta’ala akan pikiran yang sehat” ujarnya.
Agus memaparkan, fungsi bi’ah yaitu untuk memenuhi segala kebutuhan hidup bagi semua makhluk hidup di alam semesta ini. Hal ini untuk kemaslahatan kehidupan manusia.
“Alam semesta ini diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala saling keterkaitan antara satu sama lainnya saling menyempurnakan dan membutuhkan satu sama lainnya sesuai fitrah” katanya.
Selanjutnya, Agus menjelaskan sumber-sumber yang benyebut bahwa Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya ini dalam waktu 6 kurun, dengan 1 kurun itu 1.000 tahun dalam hitungan kehidupan manusia di dunia. Dari enam kurun, langit dicipatakan dalam dua kurun, bumi dicipatakan dalam dua kurun, kemudian langit dan bumi dicipatakan dalam dua kurun. Kemudian Allah turunkan tanah di bumi ini, kemudian air dihujankan ke bumi untuk menghidupkan segala sesuatu yang tidak ada, mulai dari tumbuhan hingga hewan.
Agus menyebutkan salah satu ayat Alquran “Dan janganlah engkau merusak muka bumi ini setelah bumi ini diperbaiki”. Kemudian, ia menyebutkan kerusakan bi’ah di sekitar manusia, di mana Allah menciptakan alam semesta sebagai sesuatu yang fana.
“Telah nyata bentuk kerusakan alam semesta ini baik di daratan maupun lautan yang disebabkan oleh tangan-tangan manusia yang kemudian Allah tunjukkan kepada manusia bentuk-bentuk kerusakan itu agar manusia sadar bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah untuk menjaga alam semesta ini” Ujarnya.
Agus mengatakan, sejatinya alam semesta ini diciptakan oleh Allah ta’ala untuk manusia. Menurutnya, Nabi Adam diciptakan karena Allah memiliki iradah menciptakan alam semesta sebagai tempat paling nyaman oleh manusia. Maka, ia mengajak jemaah merawat bumi agar selalu nyaman.
Di akhir ceramah, Agus mengajak jemaah untuk menjaga sumber daya alam. Menurutnya, sumber daya alam bukan hanya milik manusia hari ini, tetapi juga milik generasi selanjutnya. (Firdha Fadhilah/Editor: Rama S. Pratama/Foto: Tim Media Masjid Kampus UGM)