Wakil Rektor UGM Bidang Perencanaan, Aset, dan Sistem Informasi, Arief Setiawan Budi Nugroho, S.T., M.Eng., Ph.D. berbicara tentang makna kecintaan kepada Allah ta’ala dalam ceramah tarawih Ramadan Public Lecture 1445 H di Masjid Kampus UGM, Kamis (14/03). Dalam ceramah berjudul “Cinta KepadaNya sebagai Manifestasi Taqwa” itu, Arief menegaskan bahwa cinta itu tidak bermain pada akal, namun cinta itu menggunakan hati.
Arief memulai ceramah dengan cerita tentang seorang mahasiswa yang bertanya dalam sesi tanya jawab Grand Opening RDK 1445 H lalu, mengenai keraguannya pada Alquran karena belum terbukti kebenarannya secara sains. Ia menyampaikan, 15 tahun lalu ia pernah mendengar pernyataan yang serupa dari temannya, seorang nonmuslim asal Malaysia di Jepang, yang menyatakan Alquran itu hanya berisi dongeng saja. Ketika itu, ia mengatakan dirinya tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut, karena ia mengaku membaca Alquran namun tidak memahami isi yang ada di dalamnya.
“Mulai dari awal bulan suci Ramadan, kita punya target satu hari satu juz, atau khatam tiga kali. Namun, apakah pernah kita memahami apa itu isi Alquran? Lebih baik lagi jika kita bisa belajar bahasa Arabnya, sehingga dapat memahami arti secara jelas,” ucapnya.
Arief menyampaikan, dalam Alquran terdapat ayat muhkamat dan ayat mutasyabihat. Ayat muhkamat ialah ayat yang sudah jelas maknanya, sedangkan ayat mutasyabihat adalah ayat yang memerlukan takwil dari ahlinya.
Menurutnya, pertanyaan semacam di atas tadi bisa muncul karena seseorang itu tidak paham dan tidak belajar. Pembuktian secara empiris adalah setiap teori yang dimunculkan oleh manusia akan menjadi teori baru sampai dengan teori itu dipatahkan dengan teori yang selanjutnya. Arief memberi contoh, dulu atom dinyatakan sebagai benda terkecil, dalam teori sekarang menyatakan ada hal yang lebih kecil lagi daripada atom, itu menandakan perkembangan ilmu pengetahuan.
Arief memaparkan, arti pada ayat kedua surah Al-Baqarah yang menyebut “tidak ada keraguan di dalamnya” termasuk mempercayai kitab-kitab sebelumnya dan hal-hal yang gaib. Faktanya, terdapat hal-hal gaib yang tidak dapat dibuktikan dengan sains sampai saat ini. Arief mengatakan Alquran adalah kalam dari Zat yang Menciptakan Manusia, yang mana iman manusia bisa batal jika tidak percaya pada Alquran.
Menurutnya, masalah cinta kepada-Nya berada di ranah hati, namun pembuktian secara sains berada di ranah akal. Ia menegaskan, kalau untuk cinta kepada seseorang harus mengenal orangnya, maka semestinya seorang muslim akan mencintai agamanya jika mengenal pegangan hidupnya. Oleh karena itu, sembari memegang Alquran di tangannya beliau mengajak para jamaah untuk kembali memahami isi Alquran.
“Bagaimana kita bisa tahu bahwa yang menulis kitab ini, itu harus kita cintai. Ketika kita menemui perdebatan dan kita tidak tahu kebenaran itu ada dimana, cari di sini. Sebagai umat islam, kita sering lupa membacanya apalagi memahami maknanya,” katanya. (Amalia Nurin Al Fath/Editor: Rama S. Pratama/Foto: Tim Media Masjid Kampus UGM)