• UGM.AC.ID
  • Jama’ah Shalahuddin UGM
  • Rumah ZIS UGM
  • Perpus Baitul Hikmah
  • KB-TK Maskam UGM
  • Mardliyyah UGM
Universitas Gadjah Mada
  • Tentang Kami
    • Selayang Pandang
    • Sejarah Masjid Kampus UGM
    • Manajemen Masjid
  • Kegiatan dan Layanan
    • Kegiatan dan Layanan
    • Fasilitas dan Gerai
    • Formulir Peminjaman Fasilitas
    • Prosesi Kembali Ke Islam
  • Artikel
    • Beranda Artikel
    • Ibadah dan Kajian Islam
    • Diskusi Paradigma Profetik
    • Sakinah Academy
    • Maskam Public Lecture
    • Ramadan Public Lecture
    • Berita dan Informasi Lain
    • Tulisan dan Khutbah
  • Donasi
  • Kontak
  • Beranda
  • Ramadan Public Lecture
  • Ustaz Salim A. Fillah: Babad Tanah Jawi Sarat Makna Filosofis

Ustaz Salim A. Fillah: Babad Tanah Jawi Sarat Makna Filosofis

  • Ramadan Public Lecture
  • 11 Maret 2024, 14.31
  • Oleh: Masjid Kampus UGM
  • 0

Dai asal Yogyakarta, Ustaz Salim A. Fillah berbicara tentang buku sastra sejarah Jawa legendaris, Babad Tanah Jawi, pada ceramah tarawih Ramadan Public Lecture 1445 H di Masjid Kampus UGM, Ahad (10/03). Ustaz Salim mencatat, aspek yang paling menarik dari sejarah penulisan Babad Tanah Jawi adalah penyebutan babad untuk suatu penulisan oleh orang Jawa pasca tradisi Islam. Orang Jawa pada masa itu menggunakan diksi babad untuk menggambarkan berdirinya suatu peradaban baru yakni peradaban Islam.

Menurutnya, diksi babad secara bahasa termasuk ke dalam kelompok kata kerja yang diartikan sebagai kegiatan memotong tanaman dengan sabit atau parang dalam rangka membuka lahan yang baru. Hal ini selaras dengan konsep al nafyu sumal itsbātu yang merupakan rukun dari kalimat syahadat laa ilaaha illallaahu. Konsep tersebut bermakna tidak ada segala sesuatu yang berhak untuk disembah lalu melakukan isbat illallaah (selain Allah).  

Lebih lanjut, orang Muslim Jawa pada saat itu memahami bahwa ada penafian yang harus dilakukan pada segala sesuatu yang telah tumbuh di era sebelumnya. Hal ini untuk menyemai suatu peradaban baru berdasarkan nilai-nilai yang baru.

“Kenapa babad itu penting? Karena untuk mendapatkan satu lahan yang bersih, satu lahan yang baik untuk menyemaikan tanaman yang baik seperti yang ada di dalam Al-Quran bahwa Allah menunjukkan itu dalam tamsil tanaman,” katanya.

Menurutnya, tamsil tanaman yang dimaksud terdapat dalam Surat Ibrahim ayat 24-25, berupa perumpamaan pohon yang baik,  pohon yang akar-akarnya menghujam ke tanah dan cabang-cabangnya yang menggapai langit, menggambarkan kokohnya akidah seorang manusia. Sedangkan pada ayat ke 25, Allah mengumpamakan manusia yang memberikan buah akhlak yang mulia seperti memberikan buah setiap musim dengan seizin Tuhannya. Ini artinya, Babad Tanah Jawi tidak hanya sekedar menceritakan berdirinya kerajaan Islam di Jawa dan membawakan peradaban baru bagi masyarakat, namun juga membawa pesan-pesan simbolik kepada para pembacanya hingga masa kini.

Ustaz Salim menerangkan bahwa simbol-simbol tersebut diletakkan ke berbagai perkara sehari-hari yang mengandung nilai filosofis dan berbagai value untuk diwariskan kepada anak dan cucu kelak. Menurutnya, isi Babad Tanah Jawi begitu simbolis dan tidak bisa dimengerti secara harfiah (letterlijk). 

“Kecenderungan Babad Tanah Jawi adalah menceritakan semua peristiwa yang terjadi sembari menjaga harmoni dan menjaga kehormatan figur-figur yang dihormati di masa lalu,” katanya.

Oleh karena itu, katanya, Babad Tanah Jawi mengajarkan kepada pembacanya bahwa orang Jawa sangat menghormati orang tua dan penuh makna filosofis. Lebih lanjut ia menyampaikan, buku ini menunjukkan cara orang Jawa menghormati leluhur dan menceritakan masa lalu mereka kembali dengan simbol. Sekaligus, memahami cara berpikir orang Jawa dalam menerima perubahan yang terjadi.

“Membaca Babad Tanah Jawi bagi kita adalah memahami cara berpikir orang Jawa”, ujarnya. (Muhammad Rizal Effendi/Editor: Rama S. Pratama/Foto: Tim Media Masjid Kampus UGM)

Leave A Comment Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Artikel Terbaru

  • Guru Besar Filsafat UGM: AI dalam Kebijakan Publik Harus Berlandaskan Keadilan
  • Ketua Dewan Guru Besar UGM Ajak Raih Jiwa Muthmainnah Untuk Menjaga Bumi dan Semesta
  • Tenaga Ahli Kementan Jelaskan “Panca Krida Kedaulatan Pangan Nusantara” sebagai Jihad Pertanian
  • Wawan Mas’udi: Solidaritas Sosial sebagai Pondasi Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan
  • Mantan Wakil Ketua KPK: “Masih Ada Harapan” untuk Sistem Hukum Indonesia
Universitas Gadjah Mada

MASJID KAMPUS UGM

Jalan Tevesia 1 Bulaksumur, Caturtunggal, Depok,

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281

Email: masjidkampus[@]ugm.ac.id

© Takmir Masjid Kampus UGM - Badan Pengelola Masjid UGM

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju