Pembimbing Quranic Psychology, Tika Faizatul Munawaroh, S.Psi. memaparkan penjelasan mengenai higienitas tidur (sleep hygiene) dan ibadah dalam Women Institute Indonesia: Perempuan dan Psikologi “Manfaat Sleep Hygiene bagi Kesehatan Mental” di Masjid Kampus UGM, Kamis (27/7). Sleep hygiene, pola kebiasaan baik yang dibangun menjelang seseorang akan tidur, dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan mental, menghadirkan ketenangan dalam hidup, dan menghasilkan tidur yang berkualitas.
Pada awal pemaparannya, beliau mengingatkan audiens akan suri tauladan umat Islam, yaitu Rasulullah ﷺ. “Rasulullah ﷺ mendapat gelar sebagai makhluk yang khuluqin ‘adzim, yaitu sang pemilik attitude terbaik. Allah menjadikan Rasulullah sebagai seorang role model yang dapat dicontoh oleh semua umatnya. Tidak hanya perihal ibadah, melainkan perihal yang mungkin dianggap sepele yaitu tidur,” terangnya.
Tika merentetkan kebiasaan Rasulullah ﷺ sebelum tidur. Rasulullah ﷺ diketahui tidak pernah tidur sebelum melakukan salat Isya. Menurutnya, salat menjadi titik awal (starting point) yang tepat untuk pembiasaan baik sebelum tidur. “Kita sebagai manusia, yang dari pagi sampai malam bertemu dengan hiruk pikuk dunia, pastinya membutuhkan ketenangan di penghujung hari – ketenangan itu ialah salat. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk memprioritaskan ibadah salat isya terlebih dahulu sebelum tidur,” katanya pada WII Perempuan dan Psikologi sesi pertama ini.
Beliau kemudian memaparkan manfaat berwudhu sebelum tidur, yang bermanfaat sebagai tameng dari berbagai gangguan dan penyelamat apabila ditakdirkan untuk berpisah dari dunia ketika tertidur. Dijelaskan pula bahwa selepas salat Isya, Rasulullah ﷺ selalu membangun komunikasi intim bersama istrinya. “Kebiasaan tersebut tentu mengandung komunikasi yang menyejukkan hati, dan membantu membangun atmosfer yang relaks sebelum tertidur,” lanjutnya.
Kebiasaan selanjutnya yang dijelaskan Tika ialah bahwa Rasulullah ﷺ menyegerakan tidur malamnya, sehingga beliau akan terbangun di awal malam dan menunaikan salat malam. Dijelaskan bahwa salat malam akan membantu tubuh manusia dalam memproduksi hormon kortisol, yang akan berkurang karena adanya gerakan rukuk maupun sujud pada salat. Menurutnya, terlepas dari keterkaitan salat malam dan hormon kortisol, salat malam memberi dampak pada pengolahan emosi. Kebiasaan lainnya adalah berdzikir, untuk melindungi diri dari gangguan jin dan setan serta mengafirmasi positif dari dan untuk diri sendiri.
Kebiasaan Sebelum Tidur Berbuah Surga
Tika juga menyampaikan kisah mengenai keistimewaan sahabat pada zaman Rasul. Rasulullah ﷺ tidak segan memberikan jaminan surga pada seorang sahabatnya, padahal sahabatnya itu tidak terlihat sejengkal pun seperti ahli surga. Rupanya, keistimewaan sahabat tersebut ialah kebiasaan yang ia lakukan sebelum beranjak tidur.
Seperti dikisahkannya, ia mengurutkan peristiwa apa saja yang telah ia lalui. Kemudian, jika salah seorang ada yang menyakiti hatinya, maka dengan sepenuh hati sahabat tersebut memaafkan kesalahan orang-orang pada dirinya. “Terlihat sepele, namun tidak semua orang mampu memaafkan terlebih dahulu sebelum seseorang tersebut mengulurkan permintaan maaf,” katanya.
Dari sini, beliau mengajak peserta untuk mengaitkan antara kebiasaan sebelum tidur dengan kondisi psikologi seseorang. “Apabila kita mampu memaafkan kesalahan orang lain, tidak memelihara dendam, dan berusaha untuk berdamai dengan siapa saja mampu memengaruhi kondisi alam bawah sadar kita, tentu akan berpengaruh baik dalam pembentukan kesehatan mental,” tegas beliau. (Adilla Falasifah/Foto: Tangkapan layar YouTube Masjid Kampus UGM)