“Pendidikan adalah hal yang kompleks, karena ia merupakan bagian dari peradaban,” sebut Rektor Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed saat membuka ceramah tarawih Ramadan Public Lecture 1444 H Senin (10/4) di Masjid Kampus UGM. Dalam ceramah berjudul “Pendidikan dan Kemajuan IPTEK Era Kontemporer: Antisipasi Industrialisasi dan Komersialisasi Pendidikan” yang dibawakannya, ia menekankan pentingnya berwakaf untuk pendidikan. Hal ini disebabkan maraknya industrialisasi dan komersialisasi pendidikan zaman sekarang, yang membuat tidak semua orang dapat mengenyam pendidikan dengan kualitas yang baik.
Di zaman dengan teknologi berkembang seperti ini, industrialisasi menguasai hampir seluruh segi kehidupan masyarakat, termasuk pendidikan. Prof. Hamid memaparkan bahwa dengan situasi saat ini, hanya masyarakat yang memiliki kekayaan atau harta yang cukup yang bisa mendapatkan pendidikan terbaik, padahal mahalnya suatu lembaga pendidikan tidak menjamin kualitasnya. Hal itu menyebabkan banyak orang tidak menghargai proses dan menganggap ijazah hanyalah formalitas.
Beliau juga mengatakan sains dan teknologi tidak akan berbahaya jika berada di tangan orang-orang saleh, karena menurutnya orang yang beriman itu tidak mungkin berbuat kejahatan. “Hajat masyarakat terhadap teknologi menjadi bagian penting yang harus dihadapi, tetapi juga bagian penting yang membahayakan. Maka ini harus diimbangi dengan adanya manusia yang beradab, yang bisa didapatkan dari pendidikan yang baik,” tambahnya.
Prof. Hamid melanjutkan dengan merujuk wanti-wanti Ibnu Khaldun: agar pendidikan itu tidak hancur, maka jangan segala sesuatu dikaitkan dengan ekonomi atau industrialisasi dan komersialisasi. Dalam Islam juga sudah ada solusi mengenai komersialisasi, yakni dengan adanya wakaf. Contoh nyatanya adalah ketika masa pemerintahan Kekhalifahan Utsmaniyyah, di mana pendidikan tersedia gratis untuk setiap warganya. Biaya pendidikan didapat dari wakaf yang terus dikembangkan hingga akhirnya tidak akan habis dalam jangka waktu yang lama.
“Untuk itulah kita harus bisa berwakaf yang produktif,” pesan Prof. Hamid di akhir ceramahnya. Wakaf produktif yang dimaksud ini adalah seperti yang sudah dicontohkan Kekhalifahan Utsmaniyyah, di mana wakaf terus dikembangkan sehingga bersifat ‘abadi’. (Hanung Maura W./Editor: Rama S. Pratama/Foto: Rama S. Pratama, Musyarrafah Mudzhar)