Umat Islam tentu mempercayai keberadaan makhluk gaib atau makhluk yang tidak kasat mata, termasuk jin. Setiap mendengar kata tersebut, pasti kita akan selalu berpikiran pada hal yang negatif. Hal tersebut disampaikan oleh Ustaz Syatori Abdurrauf pada jamaah Mimbar Subuh Ramadan Public Lecture 1444 H di Masjid Kampus UGM, Ahad (9/4).
“Jin selalu dikaitkan dengan gangguan, mengganggu manusia atau bahkan menakut-nakuti. Padahal jin itu ada di kehidupan ini dengan memiliki status yang sama dengan manusia, yaitu sama-sama memiliki kewajiban beribadah dan dapat menerima hukuman dari Allah”, lanjut beliau dalam ceramah bertajuk “Meninjau Korelasi Puasa dengan Penjagaan Imunitas dari Gangguan Jin” ini. Lanjutnya, sejatinya di antara jin ada yang suka mengganggu dan ada juga yang baik seperti jin muslim.
Pengasuh Pondok Pesantren Darush Shalihat tersebut lalu menjelaskan bentuk-bentuk gangguan jin. Menurutnya, manusia tentu sulit untuk mengidentifikasi kaum gaib ini, namun tetap perlu mengimani keberadaannya.
Untuk menghadapi jin yang mengganggu manusia, tuturnya, satu cara untuk berlindung dari gangguan jin yaitu hanya dengan rahmat Allah. Penjagaan dari-Nya adalah salah satu rahmat yang Allah berikan kepada umatnya. Di sinilah korelasi antara puasa dan imunitas, yaitu rahmat Allah yang senantiasa Ia beri.
“Kita wajib berpuasa, karena puasa adalah amalan yang bisa menghadirkan rahmat Allah. Perjuangan di saat puasa itulah yang dapat mengundang rahmat Allah. Semakin besar atau susah amalan kita, semakin besar perjuangannya, semakin besar pula daya undang rahmat Allah,” jelas Ustaz Syatori.
Ustaz Syatori memaparkan bahwa di sekeliling kita ada banyak jin tanpa kita sadari. “Kita tidak pernah tahu sebanyak apa yang mengganggu, dan sebanyak apa yang menjaga, dan biasanya yang menjaga ini tidak kita hiraukan,” katanya. Untuk menjaga diri dari gangguan jin, manusia harus melakukan banyak amalan yang bisa mengundang rahmat Allah. Ada dua syarat dalam melakukan amal kebaikan agar mendapatkan rahmat Allah: sadar saat melaksanakan amalan, dan harapan untuk beramal adalah hanya untuk Allah – tidak untuk yang lain. (Fadhila Shafa/Editor: Rama S. Pratama/Foto: Ismail Abdulmaajid, Hafidah Munisah)