Kepala Departemen Politik dan Pemerintahan FISIPOL UGM Dr. Abdul Gaffar Karim, M.A. menjelaskan makna politik yang sebenarnya. Menurutnya, politik bukan hanya semata-mata saat pemilu saja, namun lebih mengenai suatu kekuasaan dan siapa yang menguasai sumber daya yang ada. Demikian seperti dijelaskan melalui ceramah Ramadan Public Lecture 1444 H yang diselenggarakan di Masjid Kampus UGM saat hendak tarawih Selasa (4/4) lalu.
Topik berjudul “Sejarah, Orientasi, dan Masa Depan Politik Umat Islam Indonesia” yang diangkat saat itu baginya “begitu luas”, hingga beliau berfokus pada salah satu aspek saja, yaitu mengenai sejarah politik Islam Indonesia. Kekuatan politik Islam di Indonesia yang selama ini selalu berdinamika, senantiasa ‘tarik menarik’ antara politik gagasan dan politik kekuasaan. Kalangan umat Islam yang berpolitik ini sendiri Abdul Gaffar jelaskan sebagai mereka yang memperjuangkan kepentingan politik berbasiskan ide Islam.
Dalam kaidah umum, politik lebih terkait dengan sebuah gagasan, sedangkan menurutnya di Indonesia antara politik gagasan dan politik kekuasaan tidak pernah seimbang. Hal yang sering dikaitkan dengan politik kekuasaan adalah politik alokasi, yaitu lebih merujuk kepada apa yang didapatkan, bagaimana cara agar mendapatkan ‘kursi’. Berbeda dengan politik gagasan, beliau menganggap politik alokasi mempengaruhi moralitas politik di Indonesia.
Abdul Gaffar menjelaskan bahwa sejarah politik Islam di Indonesia dapat ditarik dari tahun 1945 yang dimulai dari pencarian ideologi sampai hari ini, di mana politik alokasi mulai menguat. Kurangnya gagasan yang membangun, diiringi drainase intelektual menurutnya menjadi “ironi” yang saat ini terjadi. Beliau menilai bahwa kini partai politik hanya berlomba mendapatkan target suara saja, sehingga politik transaksional semakin merajalela.
Oleh sebab itu, di bagian akhir ceramahnya Abdul Gaffar menyampaikan beberapa hal yang perlu dilakukan. Selain politik gagasan yang harus dikuatkan atas politik kekuasaan, menurutnya partai-partai politik berbasis Islam harus didorong mengembangkan agenda ideologis dan programatika yang lebih kuat. Beliau juga mengharapkan agar gerakan mahasiswa tidak belajar tentang pragmatisme dari senior-seniornya. (Fadhila Shafa/Editor: Rama S. Pratama/Foto: Rama S. Pratama, Hanung Maura W.)
Saksikan videonya berikut ini: