Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU K.H. Mahbub Maafi mengatakan bahwa syariat puasa bukanlah syariat khas Islam, melainkan syariat yang sudah ada sejak umat terdahulu dan kemudian diadopsi kembali oleh Islam. Hal ini sebagaimana yang yang terdapat dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 183. Demikian disampaikan dalam Mimbar Subuh Ramadan Public Lecture 1444 H “Menyempurnakan Amaliah Ramadan, Meraih Derajat Taqwa” di Masjid Kampus UGM, Senin (27/3).
Beliau menjelaskan bahwa puasa bukanlah sebatas kegiatan menahan lapar dan haus dari terbit hingga terbenamnya matahari, melainkan suatu kegiatan syariat yang melatih kita dalam menahan nafsu dan syahwat dari hal-hal yang dilarang dalam agama. “Ada seorang ulama yang mengatakan bahwa puasa adalah kesabaran, dan kesabaran adalah puasa,” sebutnya.
Ramadan memiliki 4 pesan di dalamnya. Yang pertama hakikat dari beribadah adalah meningkatkan kebaikan pada diri kita. Maka jika ada orang yang menjalankan puasa tetapi tetap melakukan keburukan dan kemaksiatan, maka puasa dari orang tersebut dipertanyakan. Apakah puasanya maqbuul (diterima) atau tidak. “Seharusnya orang yang melaksanakan puasa tersebut menjadi hamba-hamba Allah yang semakin baik, semakin meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,” lanjutnya.
Pesan yang kedua adalah meningkatnya peluang kita untuk masuk ke dalam surga. Pada bulan Ramadan, Allah melipat gandakan semua pahala sehingga sangat mudah bagi kita untuk memperbesar peluang masuk surga. Pesan yang ketiga adalah pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan para setan dibelenggu.
Ada 2 penjelasan yang menjelaskan pengertian tentang pesan ketiga ini. Yang pertama adalah pengertian secara harafiah. Yang kedua, penjelasan bahwa di bulan puasa amalan setiap orang akan meningkat, sehingga pahala yang diraih ikut meningkat dan dosa menyurut – mulai dari salat tarawih, ikut kajian, dan kegiatan lain-lain. Oleh karena itu, meningkatnya pahala diibaratkan seperti terbukanya pintu-pintu surga terbuka dan menyurutnya dosa diibaratkan seperti tertutupnya pintu-pintu neraka. Adapun setan-setan yang dibelenggu, lanjutnya, adalah ungkapan dari meningkatnya amalan setiap orang sehingga setan kehilangan kesempatan untuk menggoda.
Pesan yang terakhir adalah keistimewaan dari bulan Ramadan. Sebagaimana diketahui, bulan Ramadan adalah bulan turunnya Alquran sehingga bulan ini memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan lainnya. Dari pesan-pesan yang telah disampaikan, pungkasnya, akan kita dapatkan bahwa Ramadan adalah momentum yang tepat bagi kita untuk meningkatkan amalan-amalan saleh. (Hafidah Munisah/Editor: Rama Shidqi P./Foto: Dwi Adhe Nugraha)