Pengasuh Pondok Pesantren Darush Shalihat Yogyakarta, Ustazah Umi Masbihah dalam pemaparannya di Women Institute Indonesia (WII) Edisi Spesial Menyambut Ramadan, Senin (20/3) lalu mengatakan bahwa manusia terkadang sulit membedakan amalan wajib/rukun dan sunnah. Hal seperti ini dapat menimbulkan konsekuensi fatal apabila tidak diantisipasi. “Jadi mungkin… barangkali [kalau] ada yang agak lupa-lupa, kita refresh (segarkan) kembali pengetahuan-pengetahuan kita [tentang puasa] ketika kita belajar di SD atau SMP,” katanya.
Dalam WII Edisi Spesial bertajuk “Fiqih Perempuan Saat Ramadan” ini, beliau menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan saat berpuasa, terutama puasa Ramadan yang merupakan puasa yang wajib dikerjakan setiap orang. Di antaranya terkait niat berpuasa, yang mana tidak dapat sembarang menentukan waktu. Berbeda dengan puasa sunnah yang bisa diniatkan dari pagi hari seperti hadis Nabi yang beliau jelaskan, puasa Ramadan harus diniatkan sejak malam sebelumnya. “Kalau sudah datang waktu subuh kita belum melakukan niat… maka tetap harus melanjutkan menahan makan dan minum tetapi puasanya tidak sah,” jelasnya.
Selain itu, Ustazah Umi yang juga merupakan istri dari Ustaz Syatori Abdurrauf ini juga memaparkan terkait hukum minum pada saat azan Subuh berkumandang. Beliau mengutip hadis dari Rasulullah yang membolehkan Umar bin Khattab minum saat azan Subuh, sementara gelas masih di tangannya. Hal yang sama juga berlaku kala sendok terakhir makanan masih berada dalam genggaman.
Women Institute Indonesia telah memasuki setengah tahun sejak diselenggarakan perdana pada 1 Oktober 2022 lalu. Untuk Maret 2023, WII hanya menyelenggarakan satu kali kegiatan spesial jelang Ramadan, disebabkan persiapan Ramadan Public Lecture 1444 H tahun ini. (Rama S. Pratama/Foto: Tangkapan layar YouTube Masjid Kampus UGM)